Quantcast
Channel: Travel – The Naked Traveler
Viewing all 172 articles
Browse latest View live

Jamaika = rambut rasta + cimeng?

$
0
0

Apakah benar Jamaika itu isinya orang-orang berambut rasta dan tukang nyimeng semua? Itulah bayangan orang pada umumnya tentang Jamaika. Termasuk saya. Makanya saya seneng banget traveling, karena bisa membuktikan bahwa anggapan umum tentang sesuatu itu benar atau tidak. Indahnya traveling ya gitu, rasanya seperti ke sekolah tanpa ada guru yang meneror.

Berikut adalah beberapa mitos dan faktanya:

Semua orang berambut rasta

Sering orang menyebut rambut panjang gimbal itu sebagai “rambut rasta”. Padahal rasta itu adalah singkatan dari Rastafari dan itu adalah kepercayaan sebagian orang Jamaika. Dalam bahasa Inggris model rambut gimbal itu disebut dreadlock, bukan rasta.  Orang Jamaika menyebutnya dreadlock juga atau natty dread. Kenyataannya, di Jamaika yang berambut gimbal sedikit, bahkan kurang dari setengah dari penduduknya.

Yang berambut gimbal pun umumnya cowok. Rambut gimbal ini milik segala umur, namun tidak semua rambut bisa gimbal. Hanya yang pure dan memiliki rambut kasar dan ngembang yang bisa digimbal. Martin, satpam hostel di Negril, bilang waktu kecil rambutnya berdiri dan besar, makanya rajin dipilin sehingga membentuk dreadlock. Tanpa jenis rambut begitu, seseorang memerlukan wax untuk membentuknya dan setengah mati bikinnya. Kalau Martin sih didiemin aja rambutnya akan begitu terus, rambut yang tumbuh langsung otomatis ikut terpilin. Topi rajut yang besar itu kadang digunakan untuk menutup kepala beserta pilinan rambut yang kalo diuwel-uwel kayak ular. Lucunya, ada tetangga hostel seorang kakek-kakek yang rambutnya putih semua… tapi gimbal! Jadi, dreadlock uban itu eksis, saudara-saudara! Hahaha!

Kembali tentang Rastafari. Kepercayaan ini berasal dari Etiopia yang memiliki nabi yang dipercaya merupakan keturunan langsung dari Raja Salomo dan titisan tuhan, bernama Haile Selassie I, Emperor of Ethiopia yang bertahta tahun 1930–1974. Akar ajarannya diambil dari agama Yahudi dan Kristen, bahkan lebih strict karena mereka adalah vegetarian. Sebagian istilah yang sering kita dengar dalam lagu reggae berasal dari ajaran Rastafari, misalnya “Jah” yang berarti Allah, “Zion” yang berarti Tanah Perjanjian/surga di bumi yang merujuk ke Ethiopia – lawan katanya adalah “Babylon”, dan “Lion of Judah” yang merupakan simbol Rastas.

Bahasa Inggrisnya kacau

Sebenarnya kurang tepat juga. Jamaika memang bekas jajahan Inggris, dengan bahasa resmi pemerintahannya adalah Inggris. Namun bahasa sehari-hari mereka adalah Patois yang merupakan gabungan antara bahasa Afrika dan bahasa Inggris. Pada abad 17 budak-budak dari Afrika Barat dikirim ke Jamaika oleh bangsa Inggris, maka terjadilah percampuran bahasa.

Saya sendiri mengalami kesulitan mengerti pembicaraan mereka karena terdengar seperti nge-rap. Contohnya, “weh yuh live?” artinya “where do you live?” dan “mi luv yuh” artinya “I love you”. Lalu diperparah dengan bahasa slank, contohnya “wah gwaan” artinya “what’s up?” dan “Mi deh leff, lickle more!” artinya “I am leaving, see you later!” Setelah 2 minggu, saya cuma bisa lancar ngomong “Ya, man!” (“man” dibaca seperti “nyaman” dalam bahasa Indonesia) setiap bilang “yes!” dan kalau setuju banget jadinya “Yaaa, man! Yaaaa, man!” Hehehe.

Semua orang Jamaika jago lari, kayak Usain Bolt

Nggak juga. Tapi secara fisik orang Jamaika memang sudah diciptakan Tuhan memilki gen yang menunjang seseorang menjadi pelari. Badannya keras kayak kayu jati dipahat dengan kaki kuat. Tapi ingat, mereka hanya terkenal sebagai pelari sprint. Kalau pelari jarak jauh/marathon rajanya dari Ethiopia karena alamnya memang sulit sehingga endurance-nya lebih tinggi  tapi kurang jago sprint. Saya pernah tanya kepada pemilik warung bernama Montell, kenapa mereka jago sprint. “Di sini banyak penjambretan dan perampokan, jadi kita harus bisa lari cepat!” jawabnya sambil terkekeh.

Secara ilmiah, menurut penelitian Professor Errol Morrison, presiden University of Technology, orang Jamaika jago lari karena selain gen ras kulit hitam yang kuat, makanan pokoknya yam (semacam umbi-umbian) dan pisang hijau yang dipercaya memiliki zat mirip steroid dan sumber energi tinggi. Ditambah disiplin dan kerja keras, pantaslah pelari Jamaika berjaya di dunia.

Semua orang nyimeng

Cimeng, cannabis, marijuana, atau ganja adalah sejenis tumbuhan yang dapat memberikan efek relaks, menaikkan mood atau euforia, dan meningkatkan selera makan.  Sebagian besar negara di dunia memasukkan cimeng sebagai narkoba makanya ilegal. Meski bagi kaum Rastafaria nyimeng itu merupakan sebagian dari ritual, tapi cimeng di negara ini ilegal baik pemakai, penjual, pendistribusi, maupun penanaman.

Tapi memang cimeng itu ada di mana-mana dan cuek aja. Saya masih ingat begitu mendarat di Jamaika dan keluar bandaranya, bau yang tercium pertama kali adalah bau cimeng! Seterusnya di mana-mana, bahkan di udara terbuka yang tercium ya bau cimeng, padahal orang-orangnya tidak terlihat. Mungkin seperti di Indonesia dimana orang merokok kretek. Bau kretek yang khas itu yang tercium oleh orang asing, termasuk saya. Mendapatkan cimeng  mudah dan harganya pun murah. Waktu itu pernah ditawari tukang kebon hostel seplastik kecil dibandrol cuma sekitar Rp 20.000,– Rp 40.000,-, bandingkan di Jakarta dengan harga Rp 50.000,- cuma dapat 3 linting.


Ini adalah sebagian kecil tulisan di buku terbaru saya, “The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip” (#TNTrtw), yang akan terbit September 2014! Pre order (PO) dengan bonus tanda tangan dan kartu pos dapat langsung dipesan ke toko buku online, seperti @mizanstore, @inibuku, @bukabuku, @pengenbuku.


[Buku Baru] The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip

$
0
0

#TNTrtw

Segera terbit buku terbaru saya berjudul The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip (hashtag: #TNTrtw).
Buku ini adalah kumpulan cerita dari perjalanan saya keliling dunia ke 22 negara selama satu tahun penuh pada Oktober 2012-Oktober 2013.
Karena ceritanya panjang, maka buku ini akan terbagi dua; Part 1 dan Part 2, yang akan terbit sekaligus pada waktu yang sama. Bisa dikatakan ini adalah seri kelima dari buku The Naked Traveler yang sudah kita tunggu bersama.
Diterbitkan oleh Bentang Pustaka, harganya masing-masing Rp 69.000,- dan merupakan Special Edition karena isinya full color!

Launching #TNTrtw


Hari/Tanggal: Selasa, 9 September 2014
Jam:                 19.00 – 20.00 WIB
Tempat:           Gramedia Grand Indonesia, East Mall Lantai 3A, Jakarta Pusat

Silakan datang langsung, acaranya gratis kok. Beli buku-bukunya di sana supaya bisa sekalian dapat tanda tangan saya dan foto bareng :) Ingat lho, persediaan terbatas!

Pada acara tersebut, akan launching juga buku seri “The Naked Traveler” 1-4 Edisi Republish dengan tampilan yang lebih menarik seperti ini:

TNT Republish

Tidak bisa hadir ke acara launching tersebut? Atau tidak sabar buku #TNTrtw sampai di kota Anda? Anda bisa melakukan PO (Pre Order) buku #TNTrtw pada 1-7 September 2014 melalui toko-toko buku online, seperti @mizanstore, @kutukutubuku, @inibuku, @bukabuku, @pengenbuku, @bukukita, @tokobaca, @temanbuku, @parcelbuku, @bucanban, @bukubukularis, @bookoopedia, dan akan mendapat diskon 15-20%.

555 set buku pertama akan mendapatkan langsung tanda tangan saya dan bonus postcard keren foto-foto perjalanan saya.
Jangan lupa kumpulkan struk pembeliannya untuk memenangkan hadiah GRATIS Nobar Timnas U-19 berlaga di AFF + jalan-jalan di Myanmar bareng saya pada Oktober 2014. Sertakan nama, alamat, nomor telepon, nomor KTP dan paspor ke promosi@bentangpustaka.com

Khusus Anda yang tinggal di daerah Jabodetabek, struk tersebut bisa memenangkan hadiah dinner bareng saya yang akan diadakan di Jakarta pada akhir September 2014. Tata caranya silakan klik ini.

Buku #TNTrtw mulai dijual di toko buku pada pertengahan September 2014 mulai dari Jabodetabek, Pulau Jawa, dan seterusnya di luar Pulau Jawa secara bertahap. Jadi mohon bersabar ya?

Sinopsis

#TNTrtw Part 1: 
Kalau umumnya orang Indonesia jalan-jalan maksimum dua minggu, Trinity jalan-jalan selama satu tahun penuh! Ia telah mencapai lebih dari 144.577 km dan berkunjung ke 22 negara di dunia.
Apa saja sih yang harus dipersiapkan kalau mau jalan-jalan selama lebih dari 365 hari? Wuihh, pasti nggak kebayang deh. Mulai dari hal dasar seperti baju, bahan makanan, akomodasi, mengurus transportasi, sampai urus visa ke sana kemari.
Berbekal perencanaan matang dan tekad “gimana di sana lah ntar”, Trinity mantap melangkahkan kakinya dan bertualang mengitari bumi.
Di buku The Naked Traveler: 1 Year Round-the-World Trip Part 1 ini, kita akan diajak jalan-jalan keliling Eropa, Brasil, Cile, Peru, dan Ekuador. Mulai dari mengunjungi negara baru bernama Republik Uzupis, menangis di kamp konsentrasi Nazi di Auschwitz, menginap di penjara tua di Ljulbljana, mendaki kota Inca yang hilang di Machu Picchu, memancing ikan piranha di Sungai Amazon, hingga berenang bersama ratusan singa laut di Galapagos!

#TNTrtw Part 2:
Cerita setahun jalan-jalan keliling dunia Trinity belum berakhir serunya! Masih ada Kolombia, Kuba, Jamaika, Meksiko, Guatemala, dan lain-lain yang menanti.
Apa saja sih yang seru di The Naked Traveler: 1 Year Round-The-World Trip Part 2 ini? Bersiaplah untuk berdebar-debar menyusup ke pusat kartel Kolombia, nyekar ke makam Che Guevara di Kuba, bertamu ke rumah Bob Marley di Jamaika, diving di gua suku Maya di Meksiko, hingga meluncur di air terjun di Guatemala.
Selain petualangan Trinity ke tempat-tempat yang eksotis itu, kita juga akan disuguhi berbagai cerita yang mengharu biru. Dalam satu tahun, menginap di berbagai hostel dan naik bus dengan bermacam kondisi, dipaksa cepat beradaptasi dengan bahasa yang asing di telinga, dan mengatur menu makan sehemat mungkin, tentu bukan perkara yang mudah. Namun, bukan Trinity namanya kalau tak berhasil mengubah situasi sulit jadi penuh gelak tawa.

 

 

[Adv] Serunya main di Legoland Malaysia!

$
0
0

Legoland Hotel

Waktu masih kecil, saya suka main Lego. Sebenarnya sih punya abang saya, tapi kan suka ikut-ikutan main. Itu semacam batu bata pipih terbuat dari plastik kecil berjendol yang dibangun untuk membentuk sesuatu, seperti rumah, mobil, robot, dan lain lain. Tau nggak, mainan edukatif yang mendunia ini berasal dari Denmark sejak 1949! Setelah setua gini dan udah nggak main Lego, saya baru tahu bahwa ada Legoland Malaysia Resort yang dekat, yaitu di Johor Bahru, Malaysia – hanya 2 jam terbang direct naik Air Asia dari Jakarta! Harus saya akui, Malaysia memang oke banget bisa buka Legoland pertama di Asia, setelah ada di Denmark, AS, Inggris, dan Jerman.

Kamar bertema Kingdom

“Lucunyaaa…!” adalah kata yang keluar dari mulut saya saat tiba di Legoland Hotel. Bangunan hotel yang bertingkat tujuh ini berwarna-warni primer khas Lego. Lobby-nya dihiasi dengan kapal dan istana, lengkap dengan tempat bermain Lego di bawahnya.  249 kamar di hotel ini dikhususkan untuk keluarga, jadi sekamar bisa diisi oleh 5 orang dengan 2 kamar terpisah, 1 kamar dengan king bed untuk orang tua, 1 kamar lagi bersisi bunk bed dengan 3 bed. Tamu boleh memilih tema kamar, yaitu Pirate, Kingdom, atau Adventure. Kamarnya dibuat child friendly, bahkan wastafel di kamar mandi ada 2, untuk dewasa dan anak-anak. Kamar juga dilengkapi dengan 2 TV dan seperangkat mainan Lego. Yang bikin berdecak kagum, hiasan dan pajangan di seluruh hotel ini terbuat dari Lego! Ih, gemetz!

Miniatur KL terbuat dari Lego!

Keluar dari pintu belakang hotel, langsung berada di gerbang Legoland Theme Park. Taman bermain ini terbagi ke dalam 7 tema, yaitu The Beginning, Miniland, Imagination, Lego Technic, Lego Kingdom, Land of Adventure, dan Lego City. Favorit saya adalah Miniland karena terdapat miniatur landmark dan kota di dunia yang terbuat dari Lego, seperti kota mini Kuala Lumpur lengkap dengan Twin Tower setingggi hampir 10 meter, ada Taj Mahal, Angkor Wat, dan Indonesia yang diwakili oleh Pura Tanah Lot Bali!

Karakter Lego

Sebagai adrenaline junkie, saya doyan naik extreme rides. Favorit saya adalah The Dragon roller coaster, Dino Island yang jatuh di air terjun setinggi 12 meter, dan Project X roller coaster setinggi 18 meter dan berkelok di 15 sudut. Tenang aja, roller coaster-nya nggak terbuat dari plastik Lego kok! :) Mau yang santai-santai, naik ke Observation Tower setinggi 41 meter dan nonton bioskop 4D. Awal bulan ini baru diluncurkan film 4D dan cluster terbaru di Miniland, berjudul “Legends of Chima”. Jangan lupa juga, nonton parade dan foto bareng sama karakter Lego seperti Emmet dan Wyldstyle. Ah, seru banget!

Legoland Water Park

Baru buka pada Oktober 2013, di sebelah theme park ada Legoland Water Park yang terbesar di dunia. Ada 20 luncuran air, kolam arus, kolam ombak, dan tentu mainan dan model Lego di mana-mana. Kalau Anda suka luncuran yang serem-serem, langsung jalan ke bagian belakang deh! Favorit saya Red Rush, Twin Chaser, Brick Blaster, Wave Rider, Tidal Tube dan Slide Racers. Secara Johor panas dan saya doyan berenang, saya seneng banget main di sini! Dan… life guards-nya ganteng-ganteng loh! Maklumlah, saya suka meleleh liat cowok yang jago berenang. Hihihi!

Maka, marilah segera merencanakan liburan selanjutnya ke tempat yang menyenangkan macam begini!

How to get there

Air Asia terbang direct dengan menggunakan Airbus 320 melayani rute Jakarta (CGK)-Johor Bahru(JHB) pp 4x seminggu, Bandung (BDO)-Johor Baru (JHB) pp 4x seminggu dan Surabaya (SUB)-Johor Bahru (JHB) pp setiap hari. Bisa juga terbang ke Singapura dan naik bus ke Johor selama kira-kira 1,5 jam.

Tips

Karena Legoland Theme Park masih baru jadi pepohonannya belum rindang sehingga panas. Jangan lupa pake sunblock, atau bawa topi.
Kalau mau main luncuran seru di Legoland Water Park, pastikan pake baju renang beneran karena baju biasa (celana pendek/tank top) dilarang naik.
Semua makanan yang disediakan di Legoland Malaysia ini bersertifikat halal. Imbasnya, di sono nggak ada yang jual alkohol :)

What to do

Selain Legoland, di sekitarnya ada tempat-tempat menarik seperti ke Puteri Harbour Family Theme Park di mana ada Sanrio Hello Kitty Town (tau kan ikon kucing lucu ini?), The Little Big Club (bermain sama Thomas & Friends, Barney, Bob the Builder, Angelina Ballerina dan Pingu), dan LAT’s place (animated themed restaurant yang menampilan karakter ciptaan kartunis Malaysia yang legendaris, Lat). Malam hari bisa nongkrong di kafe dan bar di Waterfront.
Yang suka belanja barang branded, saya sangat menyarankan ke Johor Premium Outlets (JPO) yang merupakan cabang FO dari AS. Sekarang sudah ada lebih dari 130 brand yang diskonnya 25% – 65% setiap hari. Seneng karena ada brand favorit saya seperti Gap, Adidas, Nike, Columbia, dan Swatch!

Quiz

Saya bagi-bagi GRATIS 3 tiket Combo Adult (Legoland Theme Park dan Water Park) yang berlaku sampai 30 Juni 2014, total worth RM 525 lho! Caranya gampang, twitpic ke Twitter @TrinityTraveler fotomu dengan buku-buku saya selengkap dan seunik mungkin dengan menggunakan hashtag #TNTquizLego. Saya tunggu sampai 30 April 2014 ya!

Panduan berobat ke Penang

$
0
0

Penang Adventist Hospital

Pulang dari #TNTrtw, ibu saya sakit parah. Sudah berobat ke tiga RS terkenal di Jakarta, bahkan sampai diopname 2 minggu, namun ibu saya tidak juga sembuh. Atas rekomendasi saudara dan teman, akhirnya kami pergi ke Penang, Malaysia, untuk check up. Penang dipilih karena memang terkenal sebagai medical tourism-nya. Selain kota yang tidak begitu besar, biaya hidupnya pun terjangkau, juga lokasinya tidak terlalu jauh dari Jakarta. Dibanding berobat ke Singapura, Malaysia masih lebih murah.

Singkat cerita, hari pertama bertemu dokter dan dites, ternyata ibu saya divonis kanker lambung stadium empat. Keesokan harinya langsung dioperasi, dan setiap tiga minggu kami ke Penang untuk chemo therapy. Oleh karena itu saya minta maaf karena proses menulis buku #TNT5 jadi terbengkalai. Puji Tuhan, 7 Mei 2014 kemarin ibu saya dinyatakan selesai chemo-nya karena perkembangan kesembuhannya semakin baik. Paling tidak, ibu saya mendapatkan better quality of life.

Karena banyak yang bertanya kepada saya soal pengobatan ke Penang, saya ingin berbagi informasi kepada Anda yang mengalami hal yang sama: pasien yang sama-sama merasa tidak lebih baik meski telah berobat di RS di Indonesia. Bahkan saya sempat bertemu dengan beberapa pembaca saya di Penang atas anjuran saya dan orang tua mereka pun sembuh. Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para dokter dan RS di Indonesia, berikut panduannya. Perlu diketahui, sama sekali saya tidak dibayar untuk mempromosikan ini, jadi tolong jangan curiga.

Rumah Sakit

Tahukah Anda bahwa 90% pasien di RS Penang berasal dari Indonesia? Ada beberapa pilihan RS, silakan browsing sendiri sesuai kebutuhan (dokter spesialisnya) dan hubungi CS mereka langsung. Tenang aja, mereka bisa kok berbahasa Indonesia. Bahkan di RS ada representative khusus untuk menangani orang Indonesia. Petugas, dokter, dan susternya pun bisa bahasa Indonesia. Soal harga, umumnya lebih murah daripada RS swasta di Jakarta, ditambah tidak pakai ngantri gila-gilaan, hasil yang lebih cepat dan pelayanan lebih baik.

Penang Adventist Hospital – di sini tempat ibu saya berobat. Sebenarnya RS ini spesialisasinya adalah penyakit jantung, namun penyakit apapun bisa ditangani. Harganya konon paling murah karena RS ini adalah non profit yang dimiliki gereja Advent. Tidak usah khawatir soal makanan halal karena RS ini hanya menyediakan makanan vegetarian, baik untuk pasien maupun masakan di kantinnya. Pelayanannya sangat baik dan petugas yang ramah – I have no complaints!

Island Hospital – Salah satu RS umum favorit orang Indonesia.

Gleneagles Penang Hospital – RS swasta ini gedungnya paling bagus. Favorit bagi para expatriate.

Mount Miriam Hospital – RS ini khusus menangani penyakit kanker. Letaknya agak jauh dari pusat kota.

Penerbangan

Air Asia – satu-satunya pesawat yang terbang direct dari Jakarta/Surabaya sehingga paling cepat dari segi waktu. Meski low cost airlines, tapi harganya tidak selalu lebih murah karena masih harus bayar kursi, bagasi, makan/minum, dan kursi roda. Penerbangan hanya ada sekali sehari pada sore/malam hari.

Garuda Indonesia – sampai saat ini harganya paling murah karena rute baru. Sayangnya transit di Medan sampai 3 jam dan bagasi tidak check through, jadi di Medan harus ambil bagasi dan check in lagi. Ribet untuk yang mengantar sendiri, apalagi kalau bawa kursi roda.

Malaysia Airlines – kalau lagi promo, harganya paling murah dan sudah all-in, termasuk kursi roda. Penerbangan dari/ke Jakarta ada 8 kali sehari dengan transit di Kuala Lumpur sehingga bisa memilih jam yang convenient dan selalu on time. Makanannya enak, bisa minta wine pula. #eh

Singapore Airlines – paling baik dari segi pelayanan dan kondisi pesawat, makanan enak dan filmnya pun baru. Transit di Singapura hanya sejam, tidak usah lewat imigrasi lagi, sehingga efektif dan efisien. Harganya paling mahal, tapi bisa dicoba kalau lagi promo.

Kursi Roda

Paling enak sih kalau punya kursi roda sendiri, tapi kalau tidak punya bisa request ke penerbangannya. Air Asia men-charge Rp 112.000/one way namun tidak disediakan petugas yang mendorong sehingga ribet kalau yang mengantar sendiri karena harus ambil bagasi lagi. Sepesawat bisa ada 10 kursi roda, jadi harus buru-buru karena bergantian.

Penerbangan full board dapat kursi roda gratis atas request dan selalu tersedia petugas yang mendorong meski transit sekalipun. Dengan kursi roda, kita akan masuk pesawat duluan dan keluar belakangan. Sediakan surat keterangan dari dokter untuk membuktikan kondisi pasien.

Akomodasi

Ada banyak pilihan akomodasi di Penang, mulai dari hostel, hotel, apartemen, sampai guesthouse. Pilihlah yang dekat dengan RS agar mobilitas keluarga yang mengantar jadi lebih mudah. Saya sendiri lebih suka tinggal di guesthouse (saya menyebutnya kos-kosan) karena lebih berasa di rumah dan tidak sumpek. Cara mencarinya bisa bertanya kepada RS yang bersangkutan (RS punya harga diskon khusus bagi pasien yang akan tinggal di hotel yang telah bekerja sama), bertanya kepada sesama keluarga pasien, atau lihat sendiri kamarnya dengan berjalan kaki di sekitar RS. Biasanya hari pertama ya book aja di hotel biasa, baru kalau sudah ketahuan berapa lama akan tinggal di RS, cari deh penginapan. Harga menginap per malam per kamar untuk dua orang di hotel berkisar mulai dari MYR 150, di apartemen dan guesthouse bisa mulai dari MYR 50.

Bila Anda berobat ke RS Adventist, saya merekomendasikan guesthouse langganan saya “Kamar Indah Sewa”, 20 Jalan Midland, Pulau Tikus (Tel: +60164148641, Email: dorisyong_5552@yahoo.com, CP: Mrs. Doris/Mr. Heng). Kamarnya mulai MYR 60 dengan rumah dan halaman yang luas, hanya 1 blok dari mal Gurney Plaza & Gurney Paragon dan 2 blok dari RS Adventist, bisa masak sendiri di dapurnya yang lengkap dengan peralatan, dapat air minum gratis, AC, dan yang paling penting: ada WiFi!

Makan

Penang adalah surga kuliner! Makanannya lah yang membuat saya betah tinggal di Penang. Yang paling enak makan aja di hawker food dengan harga per porsi sekitar MYR 5. Rekomendasi makanan yang enak, bisa cek di Instagram #Penang saya di @trinitytraveler.

Wisata

Kalau ada waktu luang dan ingin berwisata di Georgetown, silakan baca tulisan saya di sini.

Tranportasi

Dari bandara Penang, kita bisa naik taksi ke penginapan – bisa juga naik bus tapi rempong kalau bawa pasien. Official taxi berwarna putih tersedia dengan membayar voucher di konter setelah keluar dari customs, harga fix sesuai alamat. Kalau ke daerah Pulau Tikus, harganya MYR 45. Saya tidak tahu RS lain, tapi RS Adventist menyediakan jasa shuttle bus gratis dari/ke bandara-RS dengan memesan terlebih dahulu ke RS.

Keliling Penang bisa menggunakan bus Rapid Penang, namun saya jarang menggunakan karena kemana-mana bisa diraih dengan berjalan kaki. Kalau malas, bisa naik taksi yang tersedia di luar RS. Ingat, taksi di Malaysia tidak menggunakan argo, jadi harus tawar-menawar sebelum naik. Bisa juga pakai taksi swasta tidak berlisensi dengan mobil bagus untuk mengantar ke bandara atau ke mana pun yang jauh dengan harga sedikit lebih murah daripada taksi lisensi. Rekomendasi saya: Mr. Lim +60164435468/+601118949999.

Good luck and keep the faith!

Buku “The Naked Traveler” Republish

$
0
0

#TNTrepublish

Kalau Anda memperhatikan toko buku atau timeline akun sosial media saya,terlihat empat buku dengan cover warna kuning berjudul “The Naked Traveler” 1 sampai 4. Apakah itu buku baru? Atau cuman ganti cover doang? Republish artinya apa sih?

Mengapa Republish?

Republish artinya “diterbitkan kembali”. Ngapain pake republish segala? Pertama, pertumbuhan jumlah toko buku di Indonesia yang kecil tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah buku yang pesat. Bayangkan, ada ratusan buku baru terbit setiap bulannya… mau ditaro di mana di rak toko buku? Kedua, jaringan toko buku terbesar di Indonesia itu mendominasi –  bahkan memonopoli industri, sehingga mereka yang kewalahan men-display buku membuat suatu kebijakan bahwa bila sebuah judul buku tidak laku sekian buah dalam jangka waktu tertentu maka akan ditarik dari display. Kebijakan itu menyulitkan pembaca untuk membeli buku-buku lama.

Memang saat ini toko buku online semakin banyak dan sebagian buku dijual dalam bentuk e-book yang bisa diunduh melalui mobile apps, namun sebagian besar masyarakat kita masih senang membeli buku langsung dari toko buku karena bisa disentuh.

Ingat buku The Naked Traveler 1? Ia diterbitkan pada tahun 2007. Beruntung sebagian toko masih menjualnya, namun tetap buku yang sudah lama terbit akan semakin sulit tersedia meski demand-nya masih ada. Oleh karena itu strategi penerbit buku (dalam hal ini Bentang Pustaka) adalah menerbitkan buku edisi republish, agar buku-buku lama kembali tersedia di toko buku dan pembaca dapat dengan mudah membelinya.

Apa perbedaan buku TNT lama dan TNT republish?

Perbedaan utamanya adalah dari segi tampilan. Dulu cover TNT 1-4 lama berwarna-warni ngejreng (biru, hijau, oranye, magenta), sedangkan TNT republish semua berwarna kuning dengan konsep barang-barang traveling kesayangan saya (kaca mata hitam, t-shirt, celana pendek, kamera saku) yang digantung pada seutas tali jemuran.

Selain cover-nya diganti, tampilan isinya pun diganti. Dulu halaman buku TNT hanya satu warna, sekarang TNT ada dua warna. Ilustrasi diubah menjadi lebih besar, clean, dan modern. Tulisan telah di-edit ulang, informasi telah di-update.

Sebagian tulisan yang dianggap tidak sesuai dengan zaman sekarang dihilangkan. Ingat TNT1 dan TNT3 pernah ditarik dari peredaran? Di TNT republish, tulisan yang dulu pernah di-ban dimunculkan kembali dengan editan baru! Yihaa!

Perbedaan lainnya adalah dari segi harga. TNT republish harganya lebih mahal daripada TNT lama. Maklum, kan ada inflasi sehingga harga produksi semakin naik. Persentasi royalti saya sih nggak naik kok. #curcol

Mengapa perlu membeli TNT republish?

Kalau Anda merasa rugi sudah beli TNT lama tapi muncul TNT republish yang lebih kece, plis jangan merasa begitu. Seharusnya Anda bangga karena Anda lebih dahulu mengenal TNT dibanding yang lain, bahkan ada yang grew up with the books sampai Anda terinspirasi sudah traveling sendiri ke mana-mana. Lagipula, bukankah bangga punya buku TNT yang edisi vintage? Hehe!

TNT republish utamanya ditujukan bagi pembeli pemula yang belum pernah membaca TNT sebelumnya. Namun bagi yang sudah punya, tidak ada salahnya membeli lagi sebagai collector’s items. Karena TNT sudah lama terbitnya, seringkali bukunya sudah hilang entah ke mana. Kalau kangen, kan sekarang bisa beli lagi. Kalau Anda merasa buku TNT telah merubah hidup Anda, ada baiknya Anda membelikan buku TNT untuk teman/saudara agar mereka mengikuti jejak Anda. Beli yang mana? Ya TNT republish dong! #teteppromosi

10 kesan Turis Brasil tentang Indonesia

$
0
0

Kalau memperhatikan timeline Twitter @TrinityTraveler setengah tahun yang lalu, saya sempat mem-posting kisah singkat tentang seorang teman asal Brasil yang berkunjung ke Indonesia dengan menggunakan tagar #TurisBrasil. Ya, di adalah Daniel. Kami berkenalan pertama kali di sebuah hostel busuk di kota kecil bernama Puerto Varas di Chile saat saya #TNTrtw setahun. Dari situ lah kami akhirnya jalan bareng di kota-kota berikutnya di Chile.

Beberapa bulan setelah saya kembali dari #TNTrtw, kami chatting. Ternyata dia merasa terinspirasi dengan trip RTW saya setahun. Gokilnya, dia juga resign dari kantornya di bank nomor satu di Brasil (dia seorang IT Analyst) dan pergi jalan-jalan RTW selama delapan bulan! Singkat kata, atas undangan saya pada April 2014 sampailah dia pertama kali di Indonesia. Awalnya tinggal di Bali 10 hari, lalu jalan sama saya di Jakarta dan Bandung selama seminggu.

Setelah lebih dari dua minggu di Indonesia, saya tanya apa kesan-kesannya terhadap Indonesia. Memang tidak bisa digeneralisasikan – apalagi hanya di 3 kota besar, tapi saya somehow setuju dengan perkataannya. Begini lah katanya:

1. Alam Indonesia wonderful. Tidak usah dibahas lagi. Saya supersetuju. Sesuai dengan semboyan pariwisata kita ya?

2. Orang Indonesia ramah. Ini sih tidak pernah disangsikan oleh turis asing manapun.

3. Di Indonesia, dia merasa tiba-tiba jadi artis. Kenapa? Karena banyak sekali orang Indonesia yang ngajak foto bareng, termasuk di Bali. Semua teman bule saya pasti pernah merasakan hal ini. Entah kenapa dari dulu sampe sekarang, orang kita doyan banget foto sama bule. Puncaknya saat kami di Kawah Putih di Jawa Barat. Saya jadi merasa kayak makelar karena sering dimintai izin oleh… puluhan orang!

4. Orang Indonesia tidak bisa lepas dari ponsel. Dia sangat heran melihat orang Indonesia di manapun pasti terpaku di depan layar ponsel, termasuk di restoran saat orang-orang duduk semeja berhadap-hadapan – bahkan saat sedang berbicara one on one. Dia juga heran melihat orang kita pada punya power bank saking tingkat ketergantungannya yang tinggi. Saya aja yang termasuk jarang main ponsel – apalagi saat makan, dianggapnya masih keterlaluan. Jleb banget nggak sih?

5. Perilaku orang Indonesia berkendara sangat gila. Hampir semua mengendarai mobil dan motor tidak mentaati peraturan. Lampu merah dilanggar, ada orang menyebrang di zebra cross tapi kendaraan tidak ada yang berhenti, trotoar yang dipake untuk parkir dan berjualan, motor yang nyelip di tengah jalur mobil, motor dan truk yang overload, dan lain sebagainya. Lebih herannya lagi saat dia pernah lihat mobil patroli polisi berjalan santai melawan arah dalam keadaan tidak sedang mengejar penjahat. Nah lho!

6. Orang Indonesia jago berbahasa Inggris. Mengingat orang Brasil sangat jarang bisa berbahasa Inggris (bahkan se-Amerika Latin), maka orang Indonesia jadi tampak jago. Di Indonesia, tukang sapu pun bisa menunjukkan arah dalam bahasa Inggris. Pengucapan bahasa Inggris orang Indonesia yang paling dimengerti dibanding orang Asia lainnya. Bahkan orang kita bisa tiba-tiba switch ke bahasa Inggris di tengah kalimat berbahasa Indonesia. Hmm… is that good or bad ya? #ketularan

7. Bule dianggap lebih tinggi derajatnya dibanding orang Indonesia sendiri. Awalnya dia nggak merasa karena selalu kongkow sama sesama turis bule di Bali. Tapi begitu dia jalan sama saya, keliatan banget orang kita justru mengacuhkan saya. Kejadian paling parah saat kami dugem di Eastern Promise di daerah Kemang. Para waitress hanya ngajak ngomong dia, sedangkan saya dilirik pun tidak. Apapun yang saya order, pasti dicuekin. Sementara begitu dia yang order, muka waitress langsung jadi ramah. Jadi bener kan? Nggak usah jauh-jauh ke mana-mana, di negara kita sendiri justru kita yang terkena diskriminasi rasial oleh bangsa sendiri. Huh.

8. Masakan babi di Indonesia adalah yang paling enak dirasakan seumur hidupnya, padahal di negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia. Hehe! Waktu itu saya ngajak dia makan mie pake carsiu garing madu. Well, masakan Indonesia – apapun masakannya – emang paling enak sedunia bukan?

9. Pijatan Indonesia adalah yang paling enak di dunia, murah pula! Selain pijat ala Bali, dua kali saya mengajaknya pijat refleksi dan pijat tradisional. Dengan harga kurang dari USD 10 untuk 1,5 jam, katanya murah banget. Ya iyalah, makanya saya cinta banget Indonesia!

10. Senang dengan konsep karaoke di Indonesia. Secara dia adalah seorang pemusik dan doyan nyanyi, karaoke adalah salah satu aktivitas favoritnya. Tapi cuma karaoke di Indonesia yang bentuknya kamar privat dengan sound system yang baik dan pilihan lagu yang banyak, serta harga yang terjangkau. Yang dia kagum, lagu-lagu berbahasa Portugis pun ada, seperti Ai Se Eu Te Pego dan Barra Barra-nya Michel Teló yang juga sering dinyanyikan band-band bar Indonesia.

Gagal ke Myanmar

$
0
0

Ingat September 2014 lalu Bentang Pustaka ngadain undian Free Trip bareng saya sambil nobar timnas sepak bola U-19 yang bertanding Piala AFF ke Myanmar? Syaratnya cuman ngumpulin struk pembelian buku-buku The Naked Traveler apapun. Pada 25 September 2014 pengundian dilakukan oleh saya pada saat launching buku #TNTrtw di Togamas, Yogyakarta. Pemenangnya adalah @FathurIrham dan @sisca_lustia. #TriniTrip ini juga akan ditemani oleh pihak promosi Bentang Pustaka, Ditta. Tentu saya hepi berat, karena saya lagi butuh “pelarian” setelah ibu saya meninggal dunia bulan yang lalu. Apalagi saya belum pernah ke Myanmar!

Penerbangan kami ke Yangon naik Malaysia Airlines (MH) jam 4.40 pada 10 Oktober 2014. Kami berempat berkumpul di Bandara Soekarno-Hatta jam 2.00 pagi. Saya sampe belum tidur karena takut bablas.

Saat check in di konter MH, tiba-tiba si mbak petugas mukanya berubah lalu berkata, “Mau ke Myanmar? Visanya mana?”

“Hah? Visa apaan, mbak? Kan WNI bebas visa ke sana!” jawab saya.

“Nggak. Harus pake visa. Memang tidak harus apply dulu ke Kedutaan Myanmar, tapi sekarang pake e-visa yang di-apply online, lalu diambil di bandara Yangon.”

“Hah? Sejak kapan? WNI bebas visa kok! Lha berita-beritanya aja udah ada.”

“Nggak bisa. Tetap pake e-visa! Ini contohnya…” kata si mbak ngotot sambil menyerahkan selembar fotokopi e-visa orang lain sambil menunjuk-nunjuk. “Nah, harus ada yang kayak begini. Yang ngeluarin ini, ada tandanya begini.”

“Lah, itu kan e-visa orang Finlandia, bukan Indonesia.”

“Ya, sama aja. Semua harus begitu sekarang.”

“Nggak, mbak. Saya yakin free visa kok!”

“Yang jelas saya nggak bisa check in-in kalian. Kalau mau protes, tunggu aja staf MH nanti datang 15 menit lagi.”

JEDER!

Dengkul saya langsung lemas. Kami pun melipir mundur, duduk di lantai pojokan bandara. Segera kami browsing lagi dengan kata kunci “visa Myanmar”. Eh iya lho, sejak 3 Oktober 2014 ada sistem Visa on Arrival yang harus apply e-visa dulu. Dan… waktu pengurusannya 7-14 hari! Ih, meneketehe! Secara udah yakin bebas visa kok untuk WNI. Astagaa, kasian banget pemenang yang udah ambil cuti. Aduh, bagaimana iniiii? Ditta menghubungi teman-temannya yang sudah berangkat ke Myanmar, tapi tidak ada balasan.. secara baru jam 3 pagi. Hadeuh!

15 menit kemudian kami ke konter lagi untuk ketemu staf MH.

“Kalian ke Myanmar ngapain?” tanya bapak MH.

“Mau mendukung Indonesia nonton bola U-19!” jawab kami serempak.

“Oh, pantes dari kemarin banyak wartawan yang berangkat juga. Eh iya… WNI bisa kok ke Myanmar tanpa visa, tapi cuma dapat 14 hari dan harus ada tiket pulang. Kemarin rombongan wartawan itu nggak punya tiket pulang, akhirnya mereka semua beli di sini dulu sebelum diperbolehkan terbang.”

Nah, kan! Rese emang tu mbak! “Ada kok tiket pulangnya! Kami Cuma 5 hari di Myanmar.”

“Eeeh… tapiii… atas nama Ibu XXXXXXXX (nama saya) tidak bisa ikut!” sahut bapak MH lagi.

WHAT?

“Lah? Kenapa?” tanya saya superkaget. Apa lageee iniii?!

“Syarat visa Myanmar paspornya harus berlaku minimal 6 bulan.”

“Lah, paspor saya kan expire April 2015”

“Tapi di sistem kami, paspor ibu 5 bulan 28 hari, atau kurang 2 hari dari 6 bulan!”

“2 hari doang?! Ya ampun, Pak. Saya sering kok paspor expire 2 bulan juga masih bisa dipake di Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina. Kan sesama ASEAN dan bebas visa ini. Lagian, perpanjang paspor sebelum 6 bulan juga belum bisa di kantor imigrasi,” rayu saya sambil ngeles.

“Nggak bisa, bu. Myanmar ini strict banget. Daripada kami yang didenda karena menerbangkan ibu.”

Dan seterusnya dan seterusnya saya usaha ngeles dan merayu, tetep NGGAK BISA! Ampuun!

“Trus solusinya gimana dong?”

“Ibu bikin aja paspor yang sehari jadi. Tiketnya saya mundurin sampe besok, jadi ibu bisa nyusul.”

HAK JLEB!

Dengan berat hati (dan dongkol setengah mati), saya harus merelakan nggak jadi barengan pergi Myanmar. Saya pun meminta maaf kepada para pemenang sehingga trip “jalan bareng Trinity” jadinya “jalan bareng Ditta”! Huhuhuuu…

Saya pun pulang dengan lunglai. Jam 4 pagi saya browsing gimana caranya bikin paspor sehari. Dari blog-blog orang semua mengatakan bahwa pengurusan paspor memang sehari, tapi diambilnya sehari kemudian. Dan sekarang hari Jumat pula! Aaaaaaaak! Saya ke situs Ditjen Imigrasi pun isinya kabar buruk. Perpanjangan paspor One Day Service sudah ditiadakan, jadinya diganti jadi One Stop Service yang harus submit online, lalu urus ke kantor imigrasi, dan diambil keesokan harinya. Lha, kok malah kemunduran gini! Saya masih usaha dengan submit aplikasi online, eh dapat jadwal ke kantornya aja seminggu kemudian… di semua kantor imigrasi! AAAAAAAAAK!

Tak hilang akal, saya pun menghubungi follower saya yang bekerja di imigrasi, kali pake orang dalam bisa lebih cepat. Tapi setelah di-DM, tidak ada balasan. Ya iyalah, masih subuh begini! Saya menghubungi teman saya si Nina yang punya sepupu di imigrasi. Tetap tidak ada balasan. Sampai jam 8.00 saya baru bisa menghubungi orang-orang. Perjuangan hari itu diakhiri dengan jawaban orang imigrasi, “Maaf, mbak. Saya sudah menghubungi teman-teman tapi dengan sistem sekarang ini memang paspor bisa diurus sehari, tapi baru bisa diambil hari Senin.”

JEDERRR!

Pupus sudah harapan! Saya sungguh mohon maaf kepada Bentang Pustaka dan para pemenang #TriniTrip. Setiap hari saya cuma bisa sirik lihat foto-foto mereka jalan-jalan dan nonton bola di Myanmar. Saya jadi mikir, mungkin saya “diberkahi” dengan jalan yang nggak mulus makanya jadi banyak cerita. Hikz. #kzl #zbl

Catatan:
Sampai sekarang pun saya belum bisa mengurus perpanjangan paspor. Semua dokumen penting keluarga ada di Safe Deposit Box ibu saya di bank, yang ternyata hanya bisa dibuka oleh ibu saya… yang sudah meninggal dunia! Gimana cara buka box-nya? Harus ada Akta Kematian ibu saya dan Surat Waris. Gimana cara urus Akta Kematian? Bawa Akta Kelahiran ibu, Akta Pernikahan, Akta Kematian bapak saya… yang semua ada di box itu! Sekarang, gimana caranya saya urus paspor saat Akta Kelahiran dan Ijazah asli saya ada di box itu juga? Ya ampun, duniaaaa… ribet banget sih!

Cara bikin e-paspor

$
0
0

Akhirnya drama gagal ke luar negeri gara-gara paspor saya sisa 5 bulan 28 hari telah terselesaikan. Saya pun langsung ambil ancang-ancang bikin paspor baru. Sebenernya sih bukan bikin paspor baru tapi perpanjang paspor karena habis masa berlakunya. Setelah browsing sana-sini, saya baru tau kalau sekarang ada jenis paspor baru yang lebih canggih, yaitu e-paspor.

E-paspor atau paspor elektronik ini memiliki chip yang dapat dibaca auto gate sebagian bandara sehingga kita nggak usah antri lagi di loket imigrasi bandara dan tidak perlu dicap sama petugasnya. Perlu diketahui, paspor lama bisa juga pake auto gate, tapi harus mendaftar dulu. Untuk saya sih ini sangat membantu karena dengan frekuensi perjalanan ke luar negeri yang cukup tinggi, cap imigrasi bikin halaman paspor cepat habis. Sebagian besar negara di dunia, terutama negara maju, sudah pakai sistem e-paspor sejak lama dengan tujuan untuk keamanan dan anti pemalsuan. Kabar baiknya lagi, katanya mulai 2015 visa ke Jepang bisa gratis asal punya e-paspor ini. Siapa tahu negara-negara lain juga memberlakukannya. Menarik bukan?

Berikut cara bikin e-paspor sendiri:

  1. Lihat syarat pembuatan paspor di sini. Ingat bahwa nama Anda di semua dokumen harus sama, alamat pada KTP dan Kartu Keluarga juga harus sama – kalau nggak, nggak bakal dilayani.
  2. Daftar online di sini. Klik “Pra Permohonan Personal”. Isilah data dengan benar. Kalau perpanjang paspor karena masa  berlaku habis, pilih Jenis Permohonan: “Penggantian-Habis Berlaku”. Untuk e-paspor, pilih Jenis Paspor “EPassport 48h”. Setelah mengisi data dengan lengkap, klik “Lanjut” terus sampai Anda mendapat konfirmasi e-mail dari spri@imigrasi.go.id berjudul “Pendaftaran Paspor Online Atas Nama [Anda]” yang berisi “Bukti Pengantar ke Bank”. FYI, sekarang pendaftaran paspor online nggak perlu lagi pake unduh dokumen.
  3. Print lampiran tersebut dan pergi lah ke Bank BNI manapun. Bayar di teller sebesar Rp 660.000,- sudah termasuk Rp 5.000,- untuk biaya transfer. FYI, biaya paspor biasa hanya Rp 305.000, jadi e-paspor memang lebih mahal. Lalu Anda akan mendapat slip “Tanda Bukti Pembayaran Imigrasi” sebanyak 3 lembar.
  4. Buka e-mail yang tadi dan klik “LANJUT” yang terdapat pada kalimat isinya. Masukkan “Nomor Jurnal Bank” yang terdapat pada slip bank dan pilih tanggal kedatangan di Kantor Imigrasi. Lalu Anda akan mendapat e-mail lagi dari spri@imigrasi.go.id yang berisi lampiran “Tanda Terima Pemohon” dan “Formulir Surat Perjalanan Republik Indonesia” (total ada 3 lembar). Print lampiran tersebut lalu isi formulir dengan menggunakan huruf cetak dan tinta hitam.
  5. Datanglah sesuai tanggal di Kantor Imigrasi yang telah Anda pilih antara jam 08.00-14.00. Pakai baju rapi dan tidak boleh berwarna putih. Bawalah KTP, Kartu Keluarga, Akta Lahir dan paspor lama – semua yang asli dan fotokopinya masing-masing selembar ukuran A4. Jangan lupa bawa juga “Tanda Terima Pemohon” dan slip “Tanda Bukti Pembayaran Imigrasi” dari bank. Karena menunggu antrian bakal lama (saya di Kanim Jakarta Selatan datang jam 8.00 nunggunya 2 jam), bawalah buku bacaan atau smartphone dengan batre penuh.
  6. Begitu sampai di Kantor Imigrasi, ambil lah nomor antrian elektronik dan bilang bahwa Anda mendaftar Online. Tunggu sampai giliran nomor Anda yang dipanggil.
  7. Sekarang pembuatan paspor sistemnya One Stop Service, jadi Anda hanya akan berhadapan dengan 1 petugas di 1 meja (dulu bolak-balik 3 hari dengan banyak meja). Urusannya cuma 5 menit karena cuma verifikasi dokumen, foto, dan pengambilan sidik jari digital. Perhatikan baik-baik data Anda pada layar komputer karena tidak bisa diubah lagi setelah itu. Kalau merasa muka foto Anda kurang oke, bisa kok minta diulang fotonya. Setelah itu, slip bank akan dicap untuk waktu pengambilan paspor beberapa hari kerja sesudahnya. Waktu itu saya sih 3 hari sesudahnya. Untuk memastikan status paspor Anda, cek di sini, pilih “Status Permohonan Personal” dan masukkan “No. Permohonan” (ada di e-mail atau slip bank).
  8. Datang ke Kantor Imigrasi sesuai hari dan jam yang tertera pada cap dengan membawa slip bank. Ambil nomor antrian dan tunggu panggilan. Anda akan disuruh tanda tangan pada formulir dan menyerahkan fotokopi e-paspor yang baru. Fotokopi bisa di Koperasi kok. Kalau perpanjangan paspor, mintalah paspor lama Anda untuk kenang-kenangan. Perbedaan e-paspor dengan paspor biasa adalah ada chip di cover paspor (yang lebih tebal) pada bagian bawah kanan.

Gampang kan? Jadi nggak perlu tuh pake agen, apalagi calo. Saya sungguh salut dengan Ditjen Imigrasi yang telah meningkatkan layanan publiknya sehingga mudah! By the way, saya ingatkan lagi bahwa saya bukanlah petugas Ditjen Imigrasi, jadi kalau ada pertanyaan silakan menghubungi www.imigrasi.go.id langsung ya! :)

Let’s travel the world!


Running like crazy

$
0
0

Your mom just left in peace.

Deg. Langit pun serasa runtuh menimpa kepala dan menghempas saya ke dalam jurang yang terbuka. Ibu saya baru saja meninggal dunia. Pesan itu disampaikan tante saya yang berada di sisi almarhumah sampai nafas terakhir.

Tante saya menelepon, “What do you want me to do?” Tanpa sempat meluapkan emosi, saya meminta dia untuk menelepon yayasan pengurus kedukaan, menelepon gereja, dan mengumumkan jam pemakaman yang jatuh pada keesokan harinya karena… saya masih berjarak ribuan kilometer dari rumah! Ya, pada saat ibu meregang nyawa, saya sedang berada di Pulau Mabul, sebuah pulau terpencil di Sabah, Malaysia! Ketakutan saya tidak bisa berada dekat keluarga saat dibutuhkan karena sedang traveling di tempat antah-berantah akhirnya terjadi juga. Ah!

Saya berlari ke kamar hotel memberitakan hal ini kepada teman saya, Anis. Saya menangis hanya semenit, dan langsung fokus gimana caranya bisa cepat pulang. Saya memberikan paspor dan kartu kredit saya, lalu meminta tolong Anis untuk membelikan tiket online. “Gue nggak peduli berapa harganya, yang penting cepat sampai!” pesan saya.

Dengan berlinangan air mata, saya berlari ke resepsion dan bilang ada keadaan emergency. Sialnya jadwal kapal hanya ada jam 6.00 pagi dan 11.00 pagi, sementara saat itu baru jam 8.00 pagi. Terpaksa saya menyewa kapal sendiri. Bodo deh harganya mahal. Begitu dikontak, eh kapalnya lagi dipake diving di Sipadan!

Saya buru-buru packing, berlari ke dermaga untuk mengambil wet suit yang masih dijemur, berlari ke kamar meneruskan packing. Saya berlari lagi ke resepsion untuk check out dan membayar billing. Kedua Dive Master saya mendatangi dan memeluk saya. Mewek lagi.

Anis telah membeli tiket Tawau-Kuala Lumpur-Jakarta, berangkat jam 13.00. Padahal dari Mabul, saya harus naik kapal ke Semporna sejam, lalu naik taksi ke bandara Tawau sejam. Jam 10.00 kapal baru datang menjemput. Saya berpelukan dengan teman-teman grup diving, lalu segera loncat ke dalam kapal.

Hape saya berkali-kali bunyi karena banyaknya telepon, SMS, dan Whatsapp yang masuk. Sebagian saya angkat dan mengatakan bahwa saya sedang di Sipadan dan saya akan tiba di rumah jam 21.00. Entah kenapa keluar dari mulut saya jam 21.00, pesawatnya saja akan mendarat jam 20.00, belum delay, belum antri imigrasi, antri bagasi, antri taksi – di Terminal 3 Soekarno-Hatta yang terkenal lama.

Mendekati Semporna, mesin kapal berhenti karena tersangkut sampah! Supir kapal pun membungkuk ke air mengurai sampah pada baling-baling mesin. Arrrgh! Why now?

Sampai di pelabuhan, eh taksi saya belum datang! “Tadi dia di sini, tapi sekarang entah ke mana,” kata pemilik warung. Lha?! Saya pun duduk di warung dengan muka bete. 15 menit kemudian taksi datang, rupanya mobil pribadi yang disewa. Eh di sebelah supir ada ibu-ibu duduk. Lho kok? Supir memperkenalkan sebagai istrinya, lalu ia minta izin untuk mengantarkan ke rumah mereka! Yailaaah, nggak tau orang lagi pengen buru-buru gini! Gokilnya, setengah jam kemudian supir berhenti lagi minta izin untuk mengembalikan ban ke bengkel! Hadoooh! Yang bikin saya naik darah, bengkel masih tutup jadi nungguin supir ngetok-ngetok rumahnya dulu! Rrrrrrr!

Tiba di bandara Tawau, saya check in. Saya bilang bahwa saya ada connecting flight dan transit di KL selama dua jaman, apakah bisa bagasi check through. Kata petugasnya, “Tidak bisa. Kamu harus keluar dulu, ambil bagasi dan check in lagi. Makanya kami menyarankan kalau transit harus minimal 3 jam.” O-em-ji, gimana nasib gue?

Saat menunggu boarding, saya mencari restoran untuk mengisi perut dan colokan untuk men-charge hape saya yang sekarat. Eh persis di bawah colokan duduk lah dua orang cewek asal Spanyol yang tinggal sehotel dan sama-sama diving di Sipadan. Kaget dengan kedatangan saya dengan muka kusut, mereka bertanya, “Que paso?” Dan tumpahlah tangis saya menceritakan. Mereka memeluk saya, membelikan air minum, dan memberi penghiburan. Ah, inilah yang saya suka dari traveling; sesama traveler dapat menjadi keluarga secara instan. Kabar baiknya, kami bertiga akan naik pesawat yang sama ke KL.

Meski terbang domestik, di bandara Sabah peraturannya tetap harus mengantri imigrasi karena paspor akan dicap. Antrian mengular. Jam 13.00 harusnya sudah boarding, tapi pesawat belum datang! Ampun dah, saya tambah stres membayangkan berlari-lari lebih cepat lagi di bandara KLIA2 yang superluas itu.

Dem, pesawat delay setengah jam! Sampai pintu pesawat ditutup ternyata dua kursi di sebelah saya kosong. Saya pun tidur selonjor sampai hampir mendarat di KL tiga jam kemudian. Begitu pesawat berhenti, saya kayak orang kampung yang langsung berdiri dan ambil tas di kabin. Saya berusaha nyempil-nyempil di antara orang yang mengantri di gang pesawat agar saya bisa keluar secepat mungkin.

Saya pun berlari kesetanan menuju baggage claim. Sialnya, bandara KLIA2 yang baru ini luaaaaasss banget, berjalan kaki biasa aja sampai setengah jam. Tiba di baggage claim, bagasi malah belum keluar! Huaaa! Saya bertemu kembali dengan kedua cewek Spanyol. Mereka menghibur, “Don’t worry. You will make it!” Tunggu punya tunggu, bagasi kedua cewek itu duluan keluar. Ampun, kenapa bagasi saya yang lamaaa?!

Saya berlari lagi kesetanan menuju check in counter di lantai tiga. Saya mengantri di belakang dua cewek Spanyol itu. Mereka berkata, “Go ahead! You go first, we can wait! You are more important than us!” Saya menyalip dan check in. Begitu boarding pass di tangan, saya berlari lagi sambil berteriak kepada mereka, “Muchas gracias!” Mereka tersenyum dan melambaikan tangan. Ah, dalam keadaan begini saya diberi dua orang malaikat. Terima kasih, Tuhan. Lagi-lagi saya berlari kesetanan menuju ruang tunggu yang berada di 20 J. Jauhnya minta ampun!

Saya mendapat kursi di belakang, lagi-lagi dua kursi di sebelah saya kosong sehingga saya bisa tidur selonjor. Tuhan memang baik, dua kali naik pesawat saya dikasih istirahat dengan badan horisontal!

TING! Begitu signal pesawat berbunyi, saya berlari ke depan, turun tangga. Dan… masih harus naik bus lagi! Saya pun melompat ke bus, sengaja berdiri di pintu, dan berlari ke konter imigrasi. Pas antri, eh ada satu konter baru dibuka. Buru-buru saya lari sehingga saya dapat antrian pertama. Saat menunggu bagasi, eh bagasi saya keluar yang pertama. Antrian customs pun saya yang pertama. Saya terus berlari kesetanan menuju antrian taksi. Begitu saya memutuskan untuk naik taksi premium agar lebih sedikit antriannya, eh pas di depan antrian taksi putih ada satu taksi yang sedang parkir. Saya buru-buru mendaftar… ternyata saya antrian pertama! Langsung saya masuk. Supir taksi saya perintahkan untuk ngebut sengebut-ngebutnya naik tol baru. I have been running like crazy for more than 12 hours, baju saya basah kuyup oleh keringat. Tidak ada yang saya inginkan selain cepat sampai rumah.

Mendekati rumah, jalanan penuh dengan mobil…  dan taksi saya stuck! Saya buru-buru turun untuk meneruskan lari, eh pas ketemu supir tante saya yang berkata, “Lari aja, mbak! Biar saya yang bawain tasnya!” Di depan taksi, tukang ojek langganan pas menyalakan motornya, “Buruan naik mbak, biar saya ojekin!”

Ojek pun ngebut sampai ke depan garasi rumah. Saya loncat masuk ke rumah menemui jenazah ibu saya yang terbaring… I’m home, mama! Saya melihat jam tangan: tepat pukul 21.00… dan pecahlah tangis saya.

Meski saya telah merawat ibu selama hampir setahun, she lost her battle to cancer. Awalnya saya menyesal kenapa tidak berada di sisinya pada saat-saat terakhirnya, namun saya sadar bahwa itulah cara beliau mencintai saya dengan membiarkan saya traveling ke salah satu tempat terindah di dunia… 

Jakarta, 17 September 2014
In memory of my beloved mother

Satu Dekade jadi Travel Blogger

$
0
0

Blog yang Anda baca ini usianya sudah 10 tahun pada 2015! Nggak nyangka udah lama juga saya jadi travel blogger. Dalam rangka ultah sedekade ini, saya ingin membuat kilas balik dan menjawab pertanyaan pembaca tentang travel blogging.

Fun Facts

  • Teman saya Togap yang pertama mengusulkan saya membuat blog pada 2005. Dia lah yang membuatkan template-nya, jadi saya tinggal isi tulisan aja. Waktu itu masih di blogspot.
  • Saya doyan traveling dan menulis sejak kecil, makanya pede bikin blog khusus tentang travel karena saya merasa kedua hal itu adalah kekuatan saya.
  • Saya sengaja pake nama “The Naked Traveler” supaya lebih eye-catching dan ear-catching. Nggak ada hubungannya dengan porno, itu cuma plesetan dari kata “nekad”. Secara filosofis artinya “tulisan tentang traveling yang apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi”.
  • Saya memakai pen name Trinity supaya nggak ketahuan orang kantor menggunakan fasilitas kantor untuk ngeblog berhubung internet yang kenceng saat itu ya cuma di kantor.
  • Saya adalah seorang yang gaptek. Blog selalu dibikinin teman. Selama ini tampilan blog sudah ganti 3 kali, dibikinin Togap, Richoz, dan terakhir Ary.
  • Setelah suksesnya Raditya Dika yang membukukan blognya, saya pun ditawari beberapa penerbit buku. Akhirnya Bentang Pustaka menerbitkan buku pertama saya pada 2007 berdasarkan blog. Puji Tuhan sekarang sudah jadi 11 buku yang termasuk bestselling di Indonesia.

FAQ

Apa untungnya ngeblog?

Awalnya sih sebagai dokumentasi perjalanan pribadi supaya terekam dengan baik, tidak pernah terpikir akan jadi “besar” seperti sekarang. Lama-lama merasa mendapatkan banyak manfaat, misalnya sebagai ajang latihan dalam menulis, bisa menginspirasi orang banyak, bisa ketemu orang-orang hebat, bisa traveling gratis, sampai bisa menghasilkan duit dan jadi profesi. Meski sejak adanya social media, blog itu seperti “ditinggalkan”, namun sampai saat ini blog lah yang paling bertahan dan paling (gampang) dicari di internet. Lagipula, “I’m a blogger” itu lebih dihargai di dunia daripada “I’m a selebtwit/artis instagram” bukan?  Intinya, dengan punya blog yang konsisten, kita akan dianggap expert dalam suatu bidang tertentu sehingga membuka pintu-pintu lain.

Gimana mempromosikan blog sendiri?

Dulu karena internet terbatas, saya sampe bikin bumper sticker dan dibagi-bagikan. Sering blog walking dan meninggalkan jejak URL supaya diklik. Masukin link blog di signature email. Setelah ada social media, semuanya jadi lebih mudah, tinggal share aja.

Dapet duitnya dari mana?

Terus terang blog saya belum menghasilkan duit secara langsung secara reguler, kecuali sesekali dapat fee dari tulisan advertorial mengenai suatu produk. Saya tidak pasang banner atau iklan baris, baru mau dipasang mulai 2015 karena ternyata cukup banyak perusahaan yang meminta.  Jadi selama ini penghasilan utama saya datang dari royalti buku – makanya beli buku-buku saya ya? :) Penghasilan lain ya dari fee nulis di media massa, jadi pembicara, jadi host di radio/TV, jadi buzzer di socmed, bahkan buku saya dibeli rights-nya untuk diadaptasi jadi film layar lebar.

Enak bener sih traveling gratisan mulu?

Entah kenapa belakangan ini saya sering dituduh traveling selalu gratisan. Padahal 99% traveling saya bayar sendiri. Secara saya dasarnya emang tukang jalan-jalan, jadi tanpa dibayarin pun cabut. Lagipula, traveling bagi saya adalah investasi. Memang kadang saya diundang traveling atas biaya sponsor, itu pun saya milih-milih dan bikin syarat boleh extend atas biaya sendiri. Perlu diketahui, traveling yang dibiayai sponsor itu nggak ada duitnya, karena umumnya sistem barter. Bagi saya, sponsored trip adalah business trip dimana ada kewajiban tertentu sehingga tidak bebas. Yang jelas kalau ada sponsor, saya bikin disclaimer [Adv] sebagai penanda bahwa tulisan blog saya atas “pesanan”.

Berapa modal punya blog?

Sejak ganti jadi naked-traveler.com, per tahun saya bayar hosting dan domain sekitar Rp 1,2 juta.

Kapan saya bisa jadi full time blogger?

Keep your daily job sampai Anda benar-benar yakin akan punya penghasilan yang minimal sama dengan gaji kantoran sekarang. Caranya jangan hanya dibayang-bayangkan doang, tapi ditulis/dihitung dengan bikin business plan 5 tahun ke depan terhadap diri sendiri. Saya belajar bahwa ketika kita fokus mengerjakan sesuatu, maka hasilnya pun akan lebih maksimal. Terbukti, penghasilan saya lebih banyak daripada gaji kantoran dulu – bonus bisa bangun siang, bebas cuti, dan nggak disuruh-suruh bos.

Apa pengalaman terburuk yang berhubungan dengan blogging?

Tulisan dijiplak tanpa penyebutan sumber itu sering. Blog pernah di-hack 3 kali.

Gimana caranya bertahan jadi travel blogger selama 10 tahun?

Karena passion! Passion saya adalah travel writing, jadi nggak berasa kerja meski nggak dibayar sekalipun. Memang kadang saya mengalami kebosanan nulis (traveling-nya sih nggak pernah bosan), tapi ya itu biasa terjadi, separah-parahnya posting jadi sebulan sekali. Masalah lainnya, tidak semua trip itu bisa ditulis karena saya menjaga kualitas.

Kenapa sih pelit ngasih detil rute dan biaya?

Saya orangnya sangat messy dan impulsif, makanya tulisan saya bukan model travel guide melainkan travelogue. Lagipula, hari gini apa sih nggak bisa digugling? :)

Kalau saya pengen ngeblog, bagi tipsnya dong!

Kalau Anda baru mau ngeblog, silakan baca tips saya di sini. Kalau mau konsisten jadi travel blogger, kuncinya adalah banyakin traveling-nya sehingga punya banyak bahan tulisan.

Sebagai penutup, ingat quote dari Seth Godin ini: “If you love writing or making music or blogging or any sort of performing art, then do it. Do it with everything you’ve got. Just don’t plan on using it as a shortcut to making a living.”

Terima kasih, para pembaca blog saya! Tanpa kalian, saya bukan siapa-siapa.

The Naked Traveler jadi film layar lebar!

$
0
0

poster teaser #TNTmovie

Sering saya ditanya, kapan buku The Naked Traveler difilmkan? Saya cuman bisa ketawa. Siapa juga produser yang mau bayarin syuting di seluruh dunia? Lagian, buku saya kan adalah kumpulan cerpen yang isinya sangat random. Apa yang mau diceritakan dong? Ih, pasti ribet banget bikinnya! Sebenarnya sejak 3 tahun yang lalu saya sudah pernah dikontak oleh beberapa PH (Production House) yang tertarik memfilmkan TNT. Udah mitang-miting, tapi entah kenapa semua tidak ada ujungnya.

Barulah beberapa bulan yang lalu saya dikontak oleh sebuah PH baru bernama “Tujuh Bintang Sinema”. Meski orangnya sudah berpengalaman di bidangnya masing-masing, namun PH ini belum pernah memproduksi film apapun dan film TNT bakal jadi film pertamanya. Ada nada miring yang mengatakan bahwa ‘kok berani sih sama PH baru dan tidak terkenal’? Well, saya sih percaya chemistry. Dari semua orang PH yang miting sama saya, cuma mereka yang membaca buku TNT. Mereka sudah tahu apa yang mereka mau lakukan dengan step-step yang cukup detil. Saya pun sangat mengapresiasi segala sesuatu yang “pertama”.

Film #TNTmovie ini diadaptasi berdasarkan buku TNT1 dan TNT2. Meski masih bertema traveling, tapi akan ada tambahan drama, jadi bukan film dokumenter. Syutingnya di mana masih belum tahu. Saat ini skenario sedang dibuat. Dari situ lah baru akan ditunjuk sutradara dan para pemainnya. Jadi, siapa yang akan memerankan Trinity? Tentu bukan saya! Selain kegendutan dan ketuaan, saya kan bukan artis profesional :). Yang jelas, #TNTmovie rencana tayang di bioskop pada 2015.

Kalau mau update sama kabar tentang #TNTmovie, follow aja Twitter @TNT_TheMovie dan @TrinityTraveler ya!
Dan yang terpenting, saya mohon doa NT-ers agar proses pembuatan film ini lancar.
Amin.

 

[Adv] Traveling ke Singapura nggak pake ribet

$
0
0

Ke Singapura nggak cukup sekali karena selalu aja ada atraksi dan program promosi yang baru. Meski udah beberapa kali ke sana, saya selalu nemuin cara baru, pergi ke tempat atraksi baru, makan dan menginap di tempat baru, dan sebagainya.

Kali ini saya mau sharing tips tentang menikmati Singapura dengan cara yang nggak pake ribet dan lebih hemat. Keluar dari bandara Changi setelah ambil bagasi dan melewati customs, di Terminal manapun, perhatikan deh konter Changi Recommends yang didominasi warna putih dan biru. Ia adalah anak perusahaan Changi Airport Group yang mengkhususkan diri pada layanan best deal setelah keluar dari bandara, seperti tiket atraksi, kartu MRT, SIM Card, WiFi router, booking hotel, asuransi, paket check up kesehatan, dan segala yang berhubungan dengan kenyamanan kita selama traveling di Singapura.

Lokasi konter Changi Recommends

Lokasi konter Changi Recommends

Saya sih sangat terbantu atas pelayanannya Changi Recommends, contohnya:

Sewa WiFi Router

Hari gini penting banget kita terkoneksi dengan internet, bahkan lebih penting daripada koneksi hape untuk layanan voice dan SMS. Bosan jadi “fakir WiFi”, biasanya ke luar negeri ya beli SIM Card lokal. Namun sekarang ada alternatif lain, yaitu sewa WiFi router. Kalau SIM Card dengan paket internet terbatas sekian Giga dibrandrol SGD 28, WiFi router ini biayanya SGD 10/hari dengan akses internet unlimited supercepat 4G – bisa dipake sampe 8 device pula, termasuk laptop. Kalau perginya barengan temen/keluarga, paket ini oke banget untuk patungan, sekalian sama-sama donlot film! :) Apalagi kalau pergi dalam rangka urusan bisnis bersama para kolega yang harus terus terhubung internet. Tenang aja, modem-nya kecil kok jadi enteng dibawa ke mana-mana, bahkan dimasukin ke saku.

Beli tiket atraksi lebih murah

Waktu itu saya beli tiket ke beberapa atraksi favorit saya di konter Changi Recommends, eh masing-masing dapat diskon SGD 3! Kelihatannya sedikit, tapi mayan loh SGD 3 itu bisa buat seporsi makanan enak di hawker food stall! Keuntungan lainnya kalau udah punya tiket duluan, kita nggak perlu antre panjang di depan loket atraksi sehingga hemat waktu dan tenaga.

Beberapa atraksi yang saya datangi adalah:

  • S.E.A. Aquarium –> Terletak di Resort World Sentosa, ia merupakan salah satu akuarium terbesar di dunia yang memiliki koleksi 100.000 hewan laut, termasuk koleksi Manta Ray terbanyak di dunia. Saya baru pertama kali ke sana dan senengnya minta ampun! Sebagai pencinta underwater, saya menganga-nganga melihat hewan laut yang unik dan aneh, bahkan yang hampir punah seperti Sea Dragon dan Guitarfish. Yang paling spektakuler adalah akuarium Shark Seas yang terdiri dari 200 ikan hiu berbagai spesies, termasuk hiu martil! Woww!
  • Gardens by the Bay –> Taman seluas 101 hektar ini sangat menyenangkan untuk dikunjungi. Flower Dome dan Cloud Forest yang bikin nambah pengetahuan, juga Supertree Grove yang keren banget untuk foto-foto. Tak lupa berjalan di OCBC Skyway – jembatan sepanjang 128 meter dan setinggi 22 meter yang oke banget pemandangannya dari situ. Datang lagi deh pada jam 19.45 dan 20.45 untuk nonton gratis Garden Rhapsody light and sound show yang spektakuler. Saat ini dekorasi bunga di Gardens by the Bay dibuat bertema Chinese New Year dengan kambing sebagai lambang tahunnya.
OCBC Skyway @ Gardens by the Bay

OCBC Skyway @ Gardens by the Bay

  • Sands SkyPark –> Hotel Marina Bay Sands yang terbesar di Singapura ini memiliki 3 tower, 2560 kamar, dan 55 lantai. Kita bisa ke lantai teratasnya pada ketinggian 200 meter yaitu di SkyPark Observation Deck yang bisa melihat pemandangan Singapura 360°. Foto lansekap maupun selfie dari sana dijamin keren parah! Sambil ngopi-ngopi cantik atau makan di salah satu restoran di sana juga bisa.

Booking hotel

Saya menginap di Hotel Marina Mandarin di Raffles Boulevard, hasil booking dari Changi Recommends. Hotel berbintang lima milik grup Meritus ini terletak sangat strategis, diapit 2 mal yaitu Marina Square (bahkan nyambung pintu malnya ke lobi) dan Suntec City. Hotel bertingkat 21 ini masing-masing memiliki balkon yang langsung menghadap kota (sebagian menghadap Marina Bay), kamarnya luas dan nyaman, sarapan ala prasmanannya nikmat. Yang paling oke adalah kolam renangnya, karena airnya adalah air mineral yang dipurifikasi pake standar NASA – jadi nggak ada tuh kaporit yang bikin sakit mata.

Premier Room @ Marina Mandarin Hotel

Premier Room @ Marina Mandarin Hotel

Airport City Express Bus

Dari bandara Changi ke tengah kota emang gampang naik MRT, tapi kalo bawa barang banyak males juga turun-naik geret-geret koper. Nah, Changi Recommends mulai Februari 2015 akan menyediakan layanan shuttle bus. Tiketnya cuma SGD 5, udah termasuk tiket OCBC Skyway di Gardens by the Bay (padahal harga tiket Skyway itu SGD 5 sendiri lho!). Kabar gembiranya lagi, bus ini memiliki beberapa halte pemberhentian, termasuk Hotel Marina Mandarin, Gardens by the Bay, Raffles Hotel, dan lain-lain yang tinggal ngesot ke berbagai pusat atraksi. Karena ini adalah bus kecil berkapasitas 23 penumpang, jadi bisa masuk sampai ke lobi hotel. Dan… tiket ini berlaku 24 jam! Jadi kita bisa turun-naik sesukanya, sambil keliling Singapura dengan lebih hemat dan nggak pake ribet.

ACE Bus Route

Layanan keluar Singapura

Keluar dari Singapura, di bandara Changi area Departure sebelum check in counter maskapai penerbangan, ada juga konter Changi Recommends. Layanannya juga penting banget, seperti jasa kurir DHL (say no to bagasi overweight yang mahal), jasa plastic wrapping untuk koper, sewa WiFi router untuk 14 negara di luar negeri (khusus WN Singapura dan Permanent Resident), bahkan beli tiket pesawat last minute.

Oke banget kan layanan Changi Recommends? Traveling ke Singapura, yuk!

Note: Foto-foto traveling saya bisa dilihat di Instagram @trinitytraveler

[Adv] Jadi saksi sejarah peluncuran pesawat A350 Qatar Airways

$
0
0

Saya jadi GR berat saat terima undangan dari Qatar Airways menjadi salah satu dari 150 orang media seluruh dunia untuk menyaksikan peluncuran pesawat terbaru jenis Airbus 350 XWB. Perasaan menjadi saksi sejarah dunia itu memang luar biasa! Yang lebih excited lagi, acaranya diadakan di Qatar – negara baru atau ke-65 yang saya kunjungi.

Sebagai undangan (penting), saya berkesempatan naik Qatar Airways rute Jakarta-Doha di business class. Ah, nggak usah diceritain lagi betapa enaknya duduk di kelas bisnis yang kursinya bisa jadi tempat tidur flat ini. Hebatnya lagi, kursinya juga berfungsi sebagai massage chair – bayangkan enaknya tidur sambil punggung dipijit! Lalu masing-masing penumpang dikasih satu set piyama berbahan superlembut yang langsung saya pake, juga penumpang lain, sehingga kami semua tidur berseragam! :)

Keluar pintu pesawat, eh udah ada staf Qatar Airways menjemput dengan papan bertuliskan nama saya. Saya takjub dengan bandara baru Doha yang telah selesai dibangun. Lalu kami semua menginap di Oryx Rotana, hotel bintang lima milik grup Qatar Airways.

Besok paginya kami dikasih option untuk ikutan City Tour atau Desert Safari Tour. Tentu saya milih yang kedua, dan juga para peserta yang memenuhi 12 mobil SUV 4×4 mengarungi gurun. Mobil membawa kami ngebut turun-naik di sand dunes yang curam sambil jerit-jerit! Kami sempat stop di perbatasan Arab Saudi dan ngopi di tepi laut.

Makan siang kami di restoran Spice Market, W Hotel. Di situ lah saya berkenalan dengan para udangan dari negara-negara lain. Rupanya per negara terdiri dari jurnalis dari media tradisional (koran, majalah), portal berita online, ada blogger, dan ada juga selebtwit dan artis Instagram. Hebat juga ya perkembangan social media sekarang! Makanya kudu diseriusin karena kesempatan masih terbuka lebar.

Lalu kami ke Legacy Pavilion untuk menonton presentasi tentang persiapan Qatar sebagai tuan rumah FIFA World Cup 2022. Presentasi yang diadakan di sebuah ruangan yang ¾ dindingnya berupa layar yang ditembak 34 proyektor ini adalah presentasi asli kepada tim bidding World Cup FIFA Technical Inspectors. Pantas saja Qatar menang bidding, presentasinya keren banget sampe bikin saya nganga! Meski Qatar negaranya sebesar Pulau Sumba, mereka akan membangun 12 stadion bola ber-AC dan berkapasitas rata-rata 45 ribu orang! Mereka juga akan membangun jaringan transportasi umum MRT, bus, dan kapal yang supercanggih.

Sorenya kami dikasih kesempatan belanja oleh-oleh di Souq Waqif. Malamnya acara ditutup dengan dinner di atas kapal Dhow Cruise sambil melihat gedung-gedung pencakar langit Doha dan lampu-lampunya.

Hari kedua adalah hari yang bersejarah itu! Kami menghadiri press conference di bandara Doha yang dipimpin oleh His Excellency Akbar Al Baker (Qatar Airways Group Chief Executive), Didier Evrard (Airbus Executive Vice President Head of Programmes, dan Eric Schulz (Rolls-Royce President of Civil Large Engines). Qatar Airways adalah maskapai penerbangan pertama di dunia yang menggunakan pesawat terbaru di dunia jenis Airbus 350 XWB. Keunggulan pesawat ini antara lain adalah memiliki mesin yang paling efisien di dunia dan tidak berisik. Penerbangan komersial pertama dilakukan 15 Januari 2015 dengan rute Doha-Frankfurt. Mereka telah memesan 80 pesawat A350, semoga aja nanti ada yang terbang ke Indonesia.

Setelah itu kami dibagi ke dalam grup untuk masuk ke dalam pesawat A350 Qatar Airways. Hebatnya, saya termasuk Grup A atau grup yang pertama kali masuk pesawat! Berjalan di atas karpet merah menuju tangga pesawat membuat saya nyengir lebar. Dalam pesawat ini memang luas. Konfirgurasi kursi di kelas ekonomi adalah 3-3-3 dengan lebar kursi 18 inci dan jarak ke depannya 32 inci. Layar TV-nya aja berukuran 10,6 inci! Yang bikin ngiler adalah kursi business class-nya dengan konfigurasi 1-2-1 yang bisa jadi tempat tidur horisontal dan layar TV berukuran 17 inci. Wow!

Untuk lebih jelasnya, silakan nonton video ini deh:

Makan siang lalu diadakan di Business Class Airport Lounge. Mr. Al Baker yang berkarisma sampe bikin ndredeg itu tiba-tiba lewat, saya pun langsung minta foto bareng. Teman-teman media luar sampe berkomentar, “Gila, nekad banget lo!”

With His Excellency Mr. Akbar Al Baker (Qatar Airways Group Chief Executive)

With His Excellency Mr. Akbar Al Baker (Qatar Airways Group Chief Executive)

Malamnya adalah acara reveal ceremony yang diadakan di landasan bandara Doha. Pesta ini dihadiri ratusan orang dengan set table dan bergantian makanan mewah diantar langsung di hadapan. Di depan kami ada panggung dan back drop terbesar dan terlebar yang pernah saya lihat seumur hidup. Selain pidato dan hiburan, di panggung ada presentasi tentang kecanggihan A350. Pada puncak acara ada laser show, dan akhirnya back drop terbuka… Jreng, ada pesawatnya!

Pagi harinya semua peserta terbang pulang. Saya sih santai bangun siang karena saya extend trip ini selama beberapa hari ke depan. Cerita jalan-jalan saya sendiri di Qatar bersambung kapan-kapan ya!

Note: Foto dan video buatan Qatar Airways, kecuali foto diri, karena… kamera saya tiba-tiba mati di Doha! Setelah dibawa ke service center di Jakarta, semua fotonya tidak bisa diselamatkan. Duh, padahal ada foto saya di cockpit dan jumpalitan di business class! :(

10 hal yang bikin kangen sama Indonesia

$
0
0

Kalau ke luar negeri dalam waktu yang lama, kira-kira apa yang paling Anda kangenin dari Indonesia dan setelah berapa lama? Kalau liburan ke luar negeri seminggu sih masih belum berasa karena masih semangat-semangatnya mencoba hal baru. Dua minggu baru baru mulai crancky, dan semakin parah setelah berbulan-bulan.

Selain kangen sama keluarga dan teman di Indonesia, menurut saya ada beberapa hal lainnya:

  1. Makanan

Emang ada makanan yang lebih enak daripada makanan Indonesia? Sebagai WNI tentu setuju, mungkin karena seumur hidup sudah terbiasa dengan segala macam bahan dan bumbu khas Indonesia. Kalau pun tidak bisa memasak sendiri, kita sudah tahu bisa cari makanan itu ke mana dan tahu harganya. Makanan negara lain memang (ada yang) enak, tapi kalau setiap hari selama seminggu ya eneg juga, apalagi berbulan-bulan!

  1. Bau yang khas

Satu lagi efek lama nggak makan makanan non-Indonesia: saya tidak mengenali bau kentut dan boker yang familiar itu! Hehehe! Tapi bau-bau lain juga berbeda dan kadang bikin kangen. Seperti bau tanah basah abis hujan dan bau bensin di SPBU.

  1. Bantal Guling

Ternyata berpisah dari kebiasaan berpuluh tahun pake bantal guling itu berat! Kalau cuma menginap di hotel (yang 99,9% nggak ada guling meski di hotel Indonesia) beberapa hari sih nggak kerasa, tapi kalau udah lama, waaa… rasanya ada yang hilang! Waktu saya tinggal di Filipina, saya sampe bawa guling sendiri dari Indonesia. Tapi pas RTW setahun, tentu nggak bisa. Mana di hostel cuman dapet bantal sebiji doang. Nggak ada yang bisa dipeluk..  hiks.

  1. Ojek

Di negara maju, transportasi umum memang sangat baik. Tapi haltenya sering berada jauh dari penginapan/obyek wisata. Saya sih senang jalan kaki, tapi kalau pas musim dingin atau pas cuaca panas-panasnya saya kangen banget sama ojek! Mau naik taksi takut mahal.

  1. Taksi yang bagus dan terjangkau

Mungkin ini hanya berlaku di Jakarta, tapi yang jelas taksi kita itu yang terbagus di dunia dengan harga yang terjangkau. Taksi di negara maju boleh deh pake mobil merk mahal, tapi harga argonya juga supermahal! Taksi di Amerika Latin, huu.. boro-boro bagus, ada argonya juga nggak!

  1. Matahari yang konsisten

Betapa berbahagianya kita yang dapat menikmati sinar matahari 365 hari setahun; everyday is summer! Setiap hari pun terbit dan terbenam pada jam yang sama, paling beda-beda di menit. Saya pernah di Polandia mendekati winter, matahari terbenam jam 15.30 sore. Sebaliknya, pernah di Chile saat summer, matahari terbenam jam 22.30 malam. Rasanya jadi linglung, makan malam yang biasanya jam 19.00 terasa terlalu malam di Polandia dan terlalu sore di Chile. Mau jalan-jalan rasanya udah kemalaman sehingga ingin cepat-cepat pulang, sebaliknya mau tidur malam kok matahari masih terang benderang. Hidup rasanya jadi aneh!

  1. Azan

Meski kadang terlalu berisik, tapi ternyata bikin saya kangen juga. Kalau sedang di negara yang penduduknya mayoritas Muslim sih nggak kerasa, tapi setahun di Filipina dan RTW sama sekali saya nggak denger! Lha, selama setahun itu aja saya cuma lihat masjid sekali.

  1. Ayam berkokok

Anak Jakarta zaman sekarang mungkin udah nggak pernah dengar suara ayam berkokok di pagi hari. Tapi dari kecil sampai sekarang saya terbiasa dengan suara ayam berkokok di pagi hari. Suaranya ternyata bikin kangen!

  1. Tisu

Sadar nggak bahwa kualitas tisu di Indonesia adalah yang terbaik? Bahkan lapisan tisu gulungnya aja sampe tiga lembar! Menurut saya, kualitas tisu Indonesia paling baik sedunia yang tersedia di toilet umum. Di negara maju aja tisu toilet umumnya berbahan mirip kertas yang saking kasarnya bikin pantat sakit. Perhatiin deh, penggunaan tisu di Indonesia itu luar biasa banyaknya. Di setiap meja restoran, bahkan warung, disediakan tisu – minimal tisu gulung. Padahal sebenarnya itu nggak baik karena telah memotong banyak pohon dan di negara kita nggak jelas apakah ditanam kembali dengan benar.

  1. Pijat enak dan murah

Bukan cuma saat badan pegal dan pergi ke panti pijat atau panggil ke rumah, tapi saya juga sering ke salon untuk krimbat, facial, manikur dan pedikur. Udah enak, harganya pun terjangkau! Pas traveling ke luar negeri, pijat dan nyalon jadi barang mewah. Nah, kalau pas tinggal lama di suatu negara baru deh saya sakau. Selama di Filipina, saya pernah beberapa kali ke panti pijat karena kepepet, itu pun sambil nangis karena mahal. Pas RTW sempat cari-cari salon/panti pijat, tapi harganya mahal nggak karu-karuan! Selama setahun pernah coba pedikur doang di Kolombia, itu pun nggak pake dipijat kakinya.

Kalau menurut Anda yang pernah tinggal lama di luar negeri, kangennya sama apa ya?

[Adv] Bobo sama zebra, makan sama singa… di Bali!

$
0
0

Bali adalah destinasi wisata favorit turis domestik maupun luar negeri. Tak heran Bali sering memenangkan destinasi wisata terbaik karena didukung dengan infrastruktur yang baik, masyarakatnya yang paling sadar wisata, serta banyaknya variasi – mulai dari pantai, bawah laut, hutan, gunung, candi, museum, taman bermain, sampai safari.

Iya, safari! Kalau dulu definisi “safari” merujuk ke trip jalan darat melihat hewan di habitatnya di Afrika, namun sekarang safari dapat dilakukan di luar Afrika. Pernah ke Taman Safari di Cisarua (Jawa Barat) atau di Prigen (Jawa Timur)? Saya pernah mengunjungi keduanya. Konsep safari berbeda dengan kebun binatang yang hewannya berada di kandang. Safari menempati area yang jauh lebih luas di mana hewan bebas berkeliaran. Taman Safari ada juga di Bali, ia bernama Bali Safari & Marine Park. Lokasinya di Gianyar – sekitar sejam naik mobil dari bandara Ngurah Rai. Saya sendiri sudah pernah ke sana pada 2011. Itulah hebatnya Bali, safari ala Afrika pun ada!

Awal Februari 2015 ini saya ke Bali Safari & Marine Park lagi, namun kali ini saya menginap di Mara River Safari Lodge yang bertema Afrika di dalam kompleksnya. Karena datang sudah sore, saya langsung masuk kamar tipe Twiga Suite untuk leyeh-leyeh. Kamar di Mara berupa bungalow yang dihubungkan dengan jembatan kayu. Kamarnya luas, ber-AC, kamar mandi terbuka menghadap langit, dengan jendela besar langsung menghadap hutan. Saat saya duduk di balkonnya, eeh.. ada sekelompok zebra dan wildebeest lagi leyeh-leyeh juga persis di depan saya! Nggak usah khawatir diseruduk karena ada sungai kecil yang membatasi kamar dan habitat hewannya. Bahkan kolam renangnya pun terbuka begitu saja. Terlihat para pekerja sedang membangun platform yang katanya untuk tempat parkir gajah yang nantinya akan membawa tamu ke restoran untuk sarapan. Ih, keren abis!

Jam 18.30 saya langsung ikut Night Safari. Berbeda dengan Safari Journey di siang hari yang menggunakan mobil biasa, Night Safari ini naik mobil tram yang dikerangkeng besi karena katanya pada saat malam hari hewan lebih agresif sehingga perlu keamanan lebih. Oh yeah, bring me on! Tram berjalan dipandu pemandu bilingual yang menerangkan kehebatan hewan-hewan yang ada. Namun hutan yang emang gelap tidak terlihat apapun di sekitarnya. Saat tram berhenti, lampu sorot mobil baru menerangi. Eeh.. ada gajah dan badak mengendus-endus tram! Saat itulah kami memberi makan berupa wortel kepada mereka. Ya ampun, luthunaah! Pada pemberhentian kesekian kali, tiba-tiba… dua ekor macan melompat ke atas atap tram! Kami semua merunduk karena ngilu, saya malah takut dipipisin. Macan tersebut santai aja jalan-jalan dan duduk di atas kepala kami yang hanya berjarak dua jengkal! Aww, deket banget!

Puas deg-degan diserbu macan, saya makan malam barbeku di outdoor restoran Tsavo sambil nonton Afrika! Rhythm of Fire Show. Masakannya yang variatif dan enak itu dinikmati sambil memandang bintang dan pas lagi bulan purnama. Kayak di Afrika beneran! Malamnya saya tidur sendiri deh… hiks. Tiba-tiba terdengar suara keras banget, “ROAAARRR… ROARRRR…!!” Wow, luar biasa pengalaman saya. Biasanya tidur di hutan denger suara jangkrik dan tonggeret, ini ditambah dengan suara auman singa!

Keesokan harinya saya menghabiskan waktu seharian di Bali Safari & Marine Park. Pertama saya ikutan Elephant Back Safari. Naik mobil kan udah biasa, nah ini jalan-jalan di antara hewan Afrika naik gajah Sumatra! Saya jadi ikutan difoto rombongan mobil Safari Journey, mungkin disangka bagian dari show safari :).

Lalu saya nonton pertunjukan edukatif tentang hewan. Pertama adalah Animal Educational Show di Hanuman Stage jam 11.00. Berbagai hewan, termasuk burung elang, burung kakaktua, binturong, ular piton, dan orangutan tampil. Mereka bukanlah tampil kayak sirkus, tapi diterangkan apa dan bagaimana hewan tersebut oleh MC. Selanjutnya saya nonton Elephant Conservational & Educational Show di Kampung Gajah jam 11.45. Pertunjukkan ini dibuat layaknya sandiwara tentang gajah yang diburu manusia, padahal gajah adalah hewan yang baik dan penolong. Psst.. saya sampai menitikkan air mata karena terharu.

Bali Agung Show

Bali Agung Show

Setelah makan siang di Uma Restaurant, saya nonton Bali Agung Show di Bali Theater jam 14.30. Pertunjukkan budaya tentang kisah hidup Raja Sri Jaya Pangus tahun 1179 – 1181 ini sangat spektakuler. Lebih dari 150 orang terlibat di dalamnya, belum termasuk gajah, macan, kambing, dan bebek! Meski saya sudah pernah nonton 4 tahun yang lalu, namun mereka tetap memberikan performance yang tetap bagus karena dilakukan dengan passion.

Hydro Lift & Spinning Coaster

Hydro Lift & Spinning Coaster

Bosan sama hewan, saya keliling taman. Ternyata ada juga Fun Zone dan Water Park lho! Fun Zone ini semacam theme park. Secara saya doyan extreme ride, saya langsung naik Hydro Lift (naik kendaraan di sungai yang ditarik ke atas menara dan dijatuhkan sambil muter-muter) dan Spinning Coaster (roller coaster yang turun naik dan kursinya muter-muter). Widih, seru banget! Di Water Park selain bisa berenang, juga ada berbagai luncuran seru.

Pagi hari saya bangun, kembali nongkrong di balkon. Kali ini yang terlihat selain zebra dan wildebeest, ada badak Afrika superbesar! Saya pun sarapan di Tsavo Lion Restaurant, duduk di dekat kaca yang menghadap hutan. Tiba-tiba dua ekor singa berlari menuju saya! Saya langsung memejamkan mata dan merunduk… begitu melek lagi, saya lupa kalau singa itu ada di balik kaca. Rupanya mereka sedang asyik minum di sungai kecil persis di sebelah meja saya! Wah, emang dahsyat dah pengalaman menginap di Mara River Safari Lodge!

Ngopi sama singa!

Ngopi sama singa!

Ikuti #TNTquiz berhadiah menginap dan tiket gratis!

Mau nyobain serunya ke Bali Safari & Marine Park GRATIS? Ikutan kontes “The Cutest Pet in the House” aja! Tersedia 4 hadiah yang oke banget, yaitu menginap gratis 1 malam di Mara River Safari Lodge dan 3 tiket masuk gratis ke Bali Safari & Marine Park! Caranya gampang: upload foto Anda dengan hewan kesayangan dengan caption yang menarik, follow akun Twitter @BaliSafari dan Instagram @balisafari, tag foto Anda ke kedua akun tersebut dengan hashtag #balisafari dan #TNTquiz, ditunggu sampai sebelum 28 Februari 2015 jam 23.59 WITA ya!


Terdampar di bandara Lombok

$
0
0

Setelah kelar liburan di pantai-pantai di selatan Pulau Lombok yang supercantik itu, saya dan Tante Em (adik ibu saya) berencana meneruskan liburan ke Bali pada 4 Februari 2015. Ndelalah, bangun tidur dapat SMS dari Garuda bahwa pesawat dipindah dari jam 9.50 ke jam 14.40. Senang juga, bisa tidur lebih lama. Tapi ada apa ya? Saya browsing, ternyata kemarinnya jam 17.00 ada pesawat Garuda tergelincir di runway bandara LOP, untungnya tidak ada korban jiwa. Hmm, berarti sudah semalaman bandara ditutup.

Lagi asyik makan siang, saya terima email dari Garuda yang mengatakan bahwa pesawat saya yang tadinya jam 14.40 dipindah lagi ke jam 19.00, itupun rutenya jadi muter. Tadinya direct LOP-DPS, sekarang jadi LOP-SUB-DPS. Gilanya lagi, connecting flight-nya ga nyambung, masa flight SUB-DPS tetap jam 16.25? Saya pun menelepon CS Garuda, dan ia mengubah tiket SUB-DPS sehingga akan mendarat di Denpasar pada jam 22.45. Buset!

Opsi lain adalah naik feri ke Bali yang memakan waktu 4 jam, tapi lebih ribet karena harus ke Pelabuhan Lembar dan sampainya pun di Padang Bai. Ditambah supir mobil sewaan sedang sakit dan mobilnya tidak ada seatbelt, saya memutuskan untuk didrop saja di bandara dan lebih baik menunggu jam 19.00 sampe bego.

Sampai di bandara LOP, suasananya luar biasa ramai kayak pasar! Banyak orang duduk di taman, di jalan, di lantai bandara, dan di semua restoran. Saya mengikuti kerumunan orang yang ternyata adalah bagian informasi bandara. Seorang mbak-mbak bilang bahwa belum ada pesawat yang bisa terbang karena bandara masih ditutup. Saya segera mencari tahu bagaimana caranya ke Bali naik boat. Rupanya saya tidak sendiri, selusinan orang juga mencari informasi yang sama. Katanya, boat terakhir ke Bali jam 14.00. Jiaah!

Saya masuk aja ke dalam dan check in supaya tidak harus menggeret koper. Petugasnya bilang, “Kok aneh ya, malah disuruh muter lewat Surabaya. Padahal ada pesawat direct LOP-DPS nanti jam 18.10.” Lha nggak tau, disuruh CS-nya begitu! Tapi… horee, bisa berangkat lebih cepat sejam! Kami pun membunuh waktu dengan pijat refleksi, makan bakso sampe 3 mangkok, dan keluar-masuk semua toko di bandara.

Jam 17.00 kami masuk ke ruang tunggu yang superpenuh. Berkali-kali diumumkan bahwa pesawat AirAsia, Citilink, Lion Air, dan lain lain dibatalkan penerbangannya karena “alasan operasional” yang disusul dengan suara bergemuruh, “HUUUUUUU!!” dari ratusan orang. Saya mengintip dari jendela, di ujung runway terdapat pesawat Garuda tipe ATR 72-600 yang mandeg di rumput dan beberapa kendaraan di sekitarnya. Entah apa yang sedang mereka perbuat selama lebih dari 24 jam tanpa hasil.

Sampai jam 20.00 atau sudah lewat sejam dari jadwal, belum juga ada pengumuman terbang. Saya bertanya kepada petugas, katanya saya disuruh ke bawah untuk minta refund. Lha? Di dekat gate, terlihat troli berisi kantong plastik sampah berwarna hitam. Saya intip dalamnya, eh ada nasi kotak dan air mineral botol. Aduh, makanan dan minuman sebanyak ini teronggok begitu saja karena tidak ada yang memberi tahu! Tentu saya langsung ambil karena lapar luar biasa.

Di bawah, saya mengantri di konter Garuda bersama ratusan penumpang yang you know lah ngantrinya berbentuk trapesium, bukan satu garis. Orang-orang mulai saling sikut dan teriak marah-marah, anak-anak menangis keras. Beberapa kali saya pun jadi ikutan memaki bapak-bapak yang dengan santainya memotong jalur antrian. Karena lama, sambil berdiri saya makan nasi kotak. Beberapa penumpang yang tampak ngiler saya bilangin, “Pak, Bu, disediain nasi kotak lho di atas. Ambil aja, daripada laper!” Mereka pun pergi, sehingga antrian saya jadi lebih pendek. #modus

Saya nguping orang-orang di depan, ternyata ada yang dipindahkan ke pesawat besok atau lusanya. Ada juga bule mewek karena ketinggalan connecting flight pulang ke Australia. Pas giliran saya, petugas konter bilang bahwa penerbangan saya diganti jadi keesokan harinya. “Pesawat jam berapa, Pak?” tanya saya. “Belum bisa dipastikan. Tunggu besok di-SMS aja. Malam ini menginap dulu di Lombok. Voucher hotelnya diambil di konter sebelah,” jawabnya. Hah? Tapi ya sudah lah, mau apa lagi. Yang lebih kasihan lagi sih yang nggak naik Garuda, katanya mereka tidak dapat fasilitas hotel.

Saya mengantri lagi di konter ujung. Petugas mbak-mbak yang jutek hanya memberikan secarik kertas dan saya disuruh menulis nama dan nomor hape. Ia berkata, “Nanti menginap di Hotel Praya. Tunjukin aja boarding pass-nya. Abis ini keluar bandara, dan cari petugas berseragam. Tanya infonya di sana.” Saya jadi curiga, semua orang cuman nulis di kertas oret-oretan, apa mereka tahu siapa menginap di mana dan apakah cukup jumlah kamarnya?

Di luar bandara, banyak orang berkumpul di parkiran. Saya menemui seorang petugas yang dikerubuti para penumpang gagal. Katanya, “Hotel Praya kemungkinan sudah penuh, jadi pindah ke Hotel Lombok Raya.” Lha, tadi di dalam didaftarkan ke Hotel Praya, kok sekarang ganti? Mereka menghitung nggak sih jumlah orang yang akan menginap dengan ketersediaan kamar dan jumlah kursi bus? Bagaimana dengan makan malam dan sarapan?

Tau-tau kami disuruh naik bus kecil yang telah disediakan untuk membawa kami ke hotel. Udah buru-buru naik, jreng… bus penuh banget! Gimana sih ini? Kata petugasnya, “Tunggu aja bus lain! Nanti busnya abis nganter akan balik ke sini untuk jemput.” Kami pun turun lagi dan berkumpul lagi. Orang-orang bertambah panik dan mengomeli petugas.

20 menit berlalu, belum ada bus juga. Hotel Praya ada di Praya, Hotel Lombok Raya ada di Mataram. Keduanya berjarak 1,5 jam. Kebayang kan lamanya? Saya benar-benar sudah lelah fisik dan mental. Saya pun berinisiatif untuk naik taksi saja. Saya ditawari sewa mobil ke Mataram. Bergaya ala bekpeker, saya pun berteriak, “Woiii, ada yang mau patungan taksi? Rp 160.000 nih. Saya sudah berdua, butuh dua orang lagi. Jadi per orang bayar Rp 40.000 aja!” Dan dapatlah sepasang suami-istri asal Jakarta.

Sepanjang jalan kami saling bercerita. Kata si suami, ia pernah juga diinapkan di Bali karena pesawat cancel, tapi penanganannya jauh lebih baik. Seluruh penumpang dikumpulkan, ada seorang yang in charge dan memberikan pengumuman secara baik-baik sehingga tidak ada yang panik. Hotel dan makan dapat, bahkan dapat uang cash sebagai ganti rugi. Saya pun baru tau darinya bahwa airport tax bisa minta refund. Ih, kok beda banget ya Bali sama Lombok?

Tiba di lobi hotel, kami check in dengan menyerahkan boarding pass. Staf hotel menawarkan sekamar sendiri atau berdua. Tentu saya memilih sekamar berdua karena kasihan kalau penumpang lain nggak dapat kamar. Setelah menaruh barang di kamar, saya ke restoran untuk makan. “Saya dari Garuda yang cancel, katanya boleh minta makan di sini. Bolehnya makan apa ya?” Staf restoran bingung, ia menelepon entah siapa. 10 menit kemudian baru diperbolehkan. Saya juga tahu diri dengan memesan hanya seporsi makanan. Saya lihat tidak ada penumpang lain di restoran ini. Kasihan sekali mereka yang kelaparan.

Sarapan keesokan harinya dipenuhi oleh para penumpang yang kemarin ketemu di bandara. Katanya mereka akan menunggu SMS dari Garuda untuk kepastian keberangkatan. Sampai jam 9.00 belum di-SMS, saya pun kabur naik fast boat dari pelabuhan Senggigi – bersama puluhan orang yang sama-sama di-cancel. Tante Em pun berkomentar, “Sekarang baru nyadar kalau kamu traveling emang sering sial sampe gue kebawa-bawa. Bagusnya, kamu jadi punya banyak bahan untuk ditulis.” :)

Dari follower Twitter, belakangan saya tahu bahwa bandara LOP akhirnya dibuka pada tanggal 5 Februari 2015 malam atau lebih dari 48 jam! Bayangkan, berapa kerugian yang telah ditanggung atas batalnya puluhan penerbangan? Berapa ratus orang yang kecewa akibat gagal pulang atau menghadiri acara penting? Come on, bandara internasional sebesar Lombok masa tidak punya peralatan yang memadai?

Kecelakaan (pesawat) memang di luar kuasa kita, tapi seharusnya kerugian itu bisa diminimalkan dengan lebih cepatnya penanganan terhadap pesawat (yang tergelincir). Yang terpenting lagi, perlunya pelatihan manajemen tanggap darurat bagi seluruh staf bandara dan perusahaan penerbangan sehingga tidak terjadi kepanikan di antara para penumpang dan kacaunya bandara.

#Escapers15, bertanding melawan 8 negara

$
0
0

Dapat undangan jalan-jalan ke Singapura dan Australia sudah biasa, tapi pada 28 Februari – 4 Maret 2015 ini dalam rangka tanding antar tim dari negara-negara Asia Pasifik dengan hashtag #Escapers15. Awalnya males banget ikutan, secara udah kena “faktor U”. Ini masa kudu lari-lari segala ala Amazing Race? Panitianya dari #ThisIsQueensland, #AccorHotels, dan #FlyScoot meyakinkan bahwa tantangannya nggak ekstrim. Senegara diwakilkan oleh 2 orang dan saya akan dipasangkan dengan @amrazing. Selain udah kenal Alex, saya okein karena pengen kenal juga para travel blogger dari negara lain.

H-1

Malam hari kami semua berkumpul di Hotel Ibis Bencoleen untuk acara perkenalan. Pesertanya ada 9 tim masing-masing 2 orang travel blogger/jurnalis dari 9 negara, yaitu: Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Jepang, India, China, dan Australia. Rata-rata masih anak muda dan sehat, kecuali saya dan tim ibu-ibu Australia. Tim Jepang dan Australia pernah ikut #EscapersHK tahun sebelumnya. Lucunya, sebagian peserta bahasa Inggrisnya belepotan, bahkan ada yang sama sekali nggak bisa bahasa Inggris.

The #Escapers15 from 9 countries (pic by TEQ)

The #Escapers15 from 9 countries (pic by TEQ)

Malam itu kami diberi kertas challenge berupa clue tempat yang harus kami datangi besok. Di kamar, jawaban dibantu follower, terutama follower Alex yang hampir 500K. Masing-masing peserta dipinjami handy phone dari hotel yang bisa unlimited 3G dan telepon.

Hari ke-1, Singapura

Seharian saya dan Alex keliling Singapura melakukan challenge di 5 lokasi dari jam 09.00-17.00 dengan hanya naik transportasi umum. Semua peserta pake sepatu lari, sementara saya dan Alex pake sendal jepit aja. Tempat pertama ternyata di puncak Mount Faber yang bikin gempor naik tangga! Udah mo mati, eh peserta lain ada yang santai naik cable car! 4 tempat lain susah payah nyarinya karena ternyata kami berdua sama-sama tukang nyasar. Akhirnya dari lokasi ke-5 kami pulang naik taksi demi mengejar waktu.. yang akhirnya karena ngaku, point kami dikurangi.

Dari situ saya sadar betapa pemalasnya saya motret dan main socmed. Alex sambil lari pun sempet motret dan ngetwit! Lebih gila lagi peserta negara lain. Mereka masing-masing bawa smartphone, kamera SLR dengan beberapa jenis lensa, kamera mirrorless, tripod/tongsis, bahkan ada yang bawa kamera 360° – ditambah lagi kecanggihan mereka ngedit/posting foto/video dalam waktu cepat! Kreatifitas mereka pun patut diacungin jempol. Contohnya aja nih, kita harus foto di depan patung Merlion. Saya berpose air muncratan Merlion masuk ke dada dan Alex bergaya keramas, eh peserta lain pake gaya air masuk botol, gaya bawa payung supaya nggak basah, ada yang buka baju mandi beneran, dan ada yang bikin video slow motion bergaya silat! Wow!

Tim pemenang dari challenge hari itu yang juga disponsori oleh #yoursingapore adalah China, disusul oleh tim Malaysia dan Australia. Ya pantes aja sih, mereka memang sangat kreatif dan efisien. Tim Korea yang paling buntut karena cuman ke 4 lokasi. Ah, masih ada yang lebih lelet daripada kami.

Malamnya kami terbang naik Scoot dengan rute Singapura-Gold Coast. Mulai dari check in, nunggu di SATS lounge, terbang, sampai mendarat ada 5 challenge. Secara hape saya pasti mati sebelum masuk pesawat ditambah bodi udah remuk, saya cuek aja langsung tidur ngejoprak. Rencananya saya akan RT aja dari twit Alex.

Hari ke-2, Brisbane

Mulai di Australia, sistem pertandingan sedikit berbeda. Kami akan dinilai secara individual, namun masuk sebagai penilaian per tim senegara. Bila memenangkan challenge, maka kami akan diberi badge. Ada juga badge bila menang wild card, yaitu challenge harian seperti posting terbaik di socmed.

Mendarat di Gold Coast Airport, kami naik bus ke Brisbane dan check in di Hotel Ibis dan Mercure. Amplop challenge dibagikan. Salah satunya adalah foto relaxing di kamar. Saya cuma foto selfie di cermin kamar mandi, eh peserta lain heboh banget posenya. Sebagian besar bawa tripod/tongsis foto diri tidur di ranjang yang keliatan sekamar-kamarnya dengan gaya artistik. Waduh!

Kami berjalan kaki ke City dipandu guide dari Brisbane Greeters dan langsung dikasih challenge, antara lain foto sama baju berlabel asli Queensland dan cari CD musikus asal Brisbane. Sorenya kami dibagi 4 grup yang melakukan challenge berbeda. Saya yang seharusnya manjat Story Bridge memilih tukeran sama Alex yang seharusnya tur jalan kaki keliling kota. Bodi nggak fit gini malas banget suruh manjat jembatan! Ternyata challenge saya pun tidak mudah. Bukan hanya jalan kaki jauh banget, tapi juga naik sepeda menanjak sampe ngos-ngosan! Untungnya peserta grup saya baik-baik dan saling kasih contekan.

Abis makan malam, masih ada challenge, yaitu nebak bahan 3 desert dengan mata tertutup! Yang menang tim Australia dan Malaysia. Juga diumumkan pemenang foto terbaik, yaitu tim Singapura. Yah, kalah lagi deh! Saya dan Alex berbisik-bisik, “Ya udah lah ya, bo. Emang dasar kita selow. Yang penting have fun!”

Hari ke-3, Sunshine Coast

Kami ke Australia Zoo dengan challenge antara lain ngasih makan kanguru dan ngelingkarin ular piton ke leher! Astaganaga, saya jiji’an sama hewan apapun, ini disuruh ular pula! Mananya yang nggak ekstrim?

Lalu grup dibagi 2, saya ke Noosa Beach dan Alex ke Mooloolaba Beach. Challenge kali ini kami disuruh ganti baju ketat dan topi renang berwarna pink ala Life Guard lalu 9 orang peserta adu lomba lari memperebutkan 5 bendera. Meski saya larinya termasuk paling lambat, tapi cukup cerdik – saya pun mendapatkan badge! Eh ternyata Alex di grup satunya juga menang nomor satu. Untung setelah itu challenge-nya menyenangkan: kami jet boating mengarungi laut.

Foto Alex dengan saya sebagai model :)

Foto Alex dengan saya sebagai model :)

Sorenya kami check in di Novotel Twin Waters Resort. Melihat kolam renang bagus, saya langsung nyebur aja sambil difoto Alex. Malamnya BBQ party di pinggir pantai plus ada challenge tertulis. Diumumkan juga bahwa pemenang foto terbaik adalah Alex. Hore, tim Indonesia!

Hari ke-4, Gold Coast

Jam 8 pagi grup dibagi 2, yaitu wet challenge atau dry challenge. Karena saya jago berenang dan Alex jago lari, maka saya lah yang ikutan wet challenge. Ternyata challenge grup saya adalah lomba kayaking dan lomba sailing. Saya dapat badge lagi karena menang!

Siang hari kami pindah Gold Coast. Grup dibagi 4, challenge saya adalah belajar surfing dan Alex ke Movie World. Sirik banget karena challenge Alex adalah naik roller coaster – hobi saya yang ditakuti Alex. Saya sendiri sudah pernah belajar surfing, tapi nggak pernah berhasil. Untungnya kami sama-sama berhasil mengatasi ketakutan itu.

#TeamIndonesia

#TeamIndonesia

Sorenya kami check in di Hotel Sofitel Broadbeach. Malamnya ada acara Awards Dinner. Pengumuman tim terbaik pun tiba. Sebelumnya ada 4 pemenang individu untuk posting terlucu, terkreatif, dan lain-lain yang banyak dimenangkan oleh tim China. Lalu diumumkanlah juara ke-3, yaitu tim Malaysia. Saya dan Alex bisik-bisik, “Yah, alamat kita nggak kebagian deh. Malaysia yang rajin gitu aja juara 3.” And the runner up goes to… team Indonesia! Saya dan Alex sampe melongo beberapa detik. “Yes, you!” kata MC. Kami pun ke depan menerima hadiah sampe sumringah karena masih nggak percaya. Bayangin, lebih dari 30 challenge dari 9 negara, kami juara 2! Sementara juara pertamanya dengan beda 1 point adalah tim Australia.

Kami dapat apa hadiahnya? Bukan dalam bentuk uang kok, tapi voucher menginap di Hotel Pullman di mana pun di Asia dan paket produk khas Queensland. Hadiahnya sih nggak seberapa, tapi membawa harum nama bangsa itu yang membanggakan kami!

H+1

Sebagian besar peserta pulang ke negaranya masing-masing, tapi saya extend sendiri ke Brisbane dengan menginap beberapa hari di apartemen teman. Ketika diajak jalan, saya jawab, “I don’t wanna do anything except sleeping!” #EdisiAmbruk

One random night in Surfers Paradise

$
0
0

Suatu malam pada Juni 2014, sampai lah saya di Surfers Paradise, Australia. Saya teringat punya teman yang tinggal di situ, yaitu Christian dan Larissa – sepasang Aussie yang pernah traveling bareng di Filipina 10 tahun yang lalu. Thanks to Facebook, saya bisa terhubung lagi dengannya. Akhirnya kami bertemu. Christian mengajak saya “getting pissed”, istilah Aussie untuk minum-minum sampe lodoh. Sayangnya Larissa, yang kini telah menjadi istrinya, tidak bisa ikut.

Menambah ke-random-an malam itu, saya sedang traveling ke Australia bareng Daniel Mananta, host Indonesian Idol yang ngetop itu. Gile, jalan bareng artis, bo! Eh malam itu Daniel minta ikutan dugem bareng. Ya udah, saya bilang bahwa Christian ini orangnya gokil dan pasti ngaco. Saya sendiri nggak tau mau diajak ke mana. Daniel malah setuju.

Christian beli alkohol "drive-thru" :)

Christian beli alkohol “drive-thru” :)

Christian mengajak kami ke sebuah pesta temannya teman dia. Nah, mulai nih ngaconya. Jadi, Christian punya teman namanya Jack, si Jack ini punya teman namanya Fernanda. Nah, si Fernanda ini adalah cewek Chile yang ngadain farewell party di apartemennya. Lah, masa yang diundang si Jack, yang dateng segerombolan orang tak dikenal? Kata Christian, “No problem! The more the merrier! Party di Australia itu ya begitu, kita datang ke rumah orang sambil bawa minum sendiri.”

Kami pun mampir ke supermarket untuk membeli bir masing-masing serenteng. Ternyata pesta diadakan di kolam renang apartemen Fernanda. Isinya full sama orang Amerika Selatan. Yep, all the Latinos! Saya tentu semangat karena bisa mempraktekkan bahasa Spanyol yang sudah lama nggak dipakai. Kenalan sana-sini, ngobral-ngobrol, kakak-kikik, jadilah saya berbaur dengan mereka yang kira-kira berjumlah 30 orang. Tentu saya yang paling tua! Rata-rata mereka berusia awal 20an dan ke Australia dengan visa working holiday.

Si Daniel pun asyik ngobrol sana-sini, sampai ketika ada cowok Asia yang datang dan menjerit, “Wow! An Indonesian celebrity is in the house!” dan semua orang menoleh ke Daniel. Rupanya dia anak Indonesia yang tinggal di sana. Saya ngakak! Belakangan kami baru tau bahwa pesta ini diadakan Fernanda karena dia akan pergi berlibur 2 minggu di Australia. Duile, ngapain bikin pesta segala ya?

Kebanyakan minum, saya pun ke kamar mandi yang berada di basement. Baru aja mengancingkan celana… tiba-tiba lampu mati! Di kegelapan saya merambat keluar. Eh, saya disambut oleh dua orang polisi berseragam! Nah lho, ngapain polisi ada di sini? “Are you the last person in the toilet?” tanyanya.

Yes. But… where are my friends?” Saya melihat area kolam renang yang sepi-pi-pi! Apa-apaan ini?

You are not allowed to have party after 9 PM in this apartement, so your friends may be outside!”

Astaga, norak amat pesta dibubarin polisi! Kayak pesta anak ABG aja. Ini baru jam 9 malam dan saya lagi tinggi-tingginya! Saya dihalau keluar oleh polisi. Ternyata semua orang sudah di halaman parkir depan lobi. Teman-teman saya tertawa melihat kepanikan saya. Minum tanggung gini bikin semua orang pengen nerusin pesta. Diputuskan lah untuk meneruskan party di sebuah club. Saya dan Christian berjalan kaki duluan. Jack entah ke mana sama Fernanda. Daniel pulang duluan.

Sampai lah kami ke sebuah bar dan memesan bir lagi. Tunggu punya tunggu, sampai sejam, tak kelihatan sebatang hidung pun orang-orang yang di pesta tadi! Jack tidak mengangkat telepon Christian pula. Lama-lama baru sadar bahwa club itu ada di atas bar! Kami pun naik ke atas. Kabar gembiranya, malam itu ada promo free unlimited champagne for ladies dan birnya juga cuma AUD 2.50/botol. Horeee! Di dalam kami pun bertemu dengan geng Fernanda, termasuk Jack yang kelihatan lagi sibuk menggebet.

Lagi-lagi saya kebelet pipis. Kata Christian, “Tuh ada di ujung!” Saya pun mengikuti arahnya. Buka pintu club, belok kiri, buka pintu toilet. Widih, toiletnya bersih amat. Sepi pula nggak ada orang. Tumben toilet club keren begini. Begitu kelar, saya buka pintu toilet dan buka pintu ke club. Ehh… kok kekunci? Nah lho! Saya coba lagi dorong yang keras. Masih bergeming. Saya ketok-ketok, tidak ada jawaban. Pintu kayu ini luar biasa tebalnya, sound proof, sampai tidak terdengar keramaian di club. Lha, gimana orang-orang mau ke toilet kalau gini caranya? Saya menunggu 5 menit, kali-kali aja ada orang yang mau ke toilet dan buka pintu.

5 menit lagi menunggu, tidak ada orang yang buka pintu. Saya pun menelepon Christian. Tidak diangkat. Telepon lagi. Tidak ada jawaban. Dan seterusnya sampai berkali-kali. Saya mengirimkan SMS juga tidak dijawab.

Oke, plan B. Saya melihat ke sekeliling. Rupanya ini adalah kantor yang sudah tutup dan gelap. Saya mencari pintu Emergency Exit di pojokan. Klik. Terbuka! Tapi… kenapa tangganya banyak banget ya? Lebih dari dua lantai dan ada pintu-pintu lain! Kalau saya keluar tapi pintu satunya tidak terbuka, alamat gawat karena tidak bisa balik lagiii.. Hiyy!

Panik, saya balik lagi ke pintu club. Saya gedor-gedor sekuat tenaga sambil teriak, “Help! Help!! Open the door, pleaseee!” Entah berapa kali saya gedor sampai saya kecapekan sendiri dan ngejoprak di lantai.

Tiba-tiba… KREK! Pintu terbuka! Seorang bouncer menongolkan kepalanya. Saya langsung nyamber, “Thank you! You saved my life!” dan wussssh… saya lari ke dalam club. Daaan… si Christian dengan santainya lagi joget-joget!

“Elu gila telepon nggak diangkat! Gue kekunci lagi di toilet tauk!” kata saya sambil misuh-misuh menceritakan kejadian tadi.

Christian pun ngakak kejengkang. “Pantes dari tadi gue tungguin kok lama banget.” Ia lalu mengajak saya ke arah toilet. “Ini lihat, sebelum pintu exit itu, ada toilet di samping kirinya. Mata lo aja nggak bener! Mabuk ya?” ledeknya terkekeh. “Buruan minum champagne lagi yang banyak, mumpung gratis!”

Kami pun berpesta sampai pagi. Sungguh malam yang random!

Sungai Gangga yang bersih

$
0
0

Bersih? Masa sih? Kalau lihat dari berita, Sungai Gangga di India tampak sangat jorok. Berbekal ekspektasi yang rendah, saya pun ke sana. Terlepas dari jorok tidaknya, saya ingin ke sana karena sungai tersebut merupakan sungai suci bagi umat Hindu.

Sungai Gangga (dalam bahasa Inggris disebut “Ganges”) diambil dari nama Dewi umat Hindu yang dipercaya dapat memberikan kesuburan dan membersihkan dosa. Dengan mandi air suci Sungai Gangga ini lah, maka segala dosa dapat terhapus dan manusia dapat terselamatkan. Tak heran, abu jenazah yang telah dikremasi dilarung di sungai ini sebagai penghantar masuk ke surga.

Sungai Gangga sendiri panjangnya 2.525 km mulai dari Himalaya sampai ke Teluk Benggala, kira-kira sama jaraknya dari Banda Aceh ke Jakarta. Meski sungai tersebut banyak melewati kota di India, namun pusatnya terdapat di Varanasi. Kota itu disebut sebagai “Kota Tersuci di India” karena merupakan tempat favorit Dewa Siwa. Ia juga merupakan kota tertua di dunia yang masih ditinggali sejak abad 11 SM sampai saat ini.

Karena nyampe sore di Varanasi, malamnya saya langsung ke Sungai Gangga untuk menyaksikan Ganga Aarti atau ritual doa bersama umat Hindu yang diadakan setiap malam di pinggir Sungai Gangga. Dari parkiran mobil, saya harus berjalan kaki lumayan jauh melewati pasar yang chaos, lalu tiba di Dashashwamedh Ghat. Tangga bertembok menuju sungai disebut ghat dalam bahasa Hindi. Tangga Dashashwamedh ini terpenting di Sungai Gangga karena Dewa Brahma yang menciptakannya untuk menyambut Dewa Siwa, juga tempat Dewa Brahma mengorbankan 10 kuda.

Menuruni tangganya, saya langsung merinding. Nggak nyangka saya akhirnya sampai di Sungai Gangga – sungai yang sering saya dengar sejak kecil dari pelajaran sekolah! Namun di kegelapan sungainya tidak terlihat karena dipenuhi oleh kapal-kapal kayu yang merapat. Sementara di bibir sungai terdapat 7 panggung kecil yang dikelilingi manusia. Daripada klaustrofobik, saya memilih duduk di atap sebuah restoran dengan membayar INR 50.

Di atas panggung 7 pendeta berkain kuning berdiri. Dengan meniup cangkang keong, doa dimulai. Doa yang terdengar seperti lagu himne ini diputar melalui pengeras suara, diikuti oleh para umat dan diiringi dentang simbal. Para pendeta seperti menari mengikuti irama dengan memegang dupa serta lampu api. Tujuh asapnya yang membumbung ke udara dan harum kayu cendananya menambah magis suasana. Lagi-lagi saya merinding.

Ganga Aarti

Ganga Aarti

Katanya kalau ke Sungai Gangga paling oke saat matahari terbit untuk merasakan suasana magisnya. Maka keesokan subuh, saya kembali ke Sungai Gangga masih melalui Dashashwamedh Ghat. Sepagi itu susana sudah hiruk pikuk; orang lokal berganti baju mandi, anak kecil menawarkan flower candle untuk memanjatkan doa, dan puluhan pemilik kapal kayu menawarkan jasanya di pinggir sungai. Saya dan pemandu melompat ke salah satu kapal yang didayung oleh seorang pria muda.

Kapal bergerak melawan arus ke arah kanan menyusuri Sungai Gangga. Rupanya sungai ini sangat lebar, kira-kira 1 km. Suasana yang mulai terang membuat mata saya memperhatikan detil sungai. Sungguh, saya melihat sungai yang bersih tanpa sampah! Tidak ada botol plastik, bungkus plastik, kotoran, atau apapun di sungai. Lalu saya mencelupkan tangan ke dalam air sungai dan menampung airnya di telapak, wah… airnya bening! Saya pun tidak mencium bau apapun!

Mata saya pun tertuju kepada serangkaian ghat. Setiap hari ada 60.000 orang yang mandi di air suci Gangga ini. Tak heran banyak orang berdiri di pinggir sungai; pria memakai celana pendek atau sarung dan wanita memakai kain menutupi dada sampai betis. Saat berdiri, airnya hanya sebatas pinggang. Lalu mereka menyelupkan tubuhnya sebentar sambil berdoa komat-kamit. Sebagian orang mandi menggunakan sabun dan sampo, malah ada yang menggosok gigi.

20150323_074833

Kapal terus berjalan dan matahari mengintip dari balik pepohonan di seberang sungai. Bentuknya bulat sempurna, berwarna sangat oranye, dan tampak dekat. Dengan langit tanpa awan, sinarnya membanjiri permukaan sungai dengan warna keemasan. Wow, ini merupakan salah satu sunrise terbaik yang pernah saya lihat!

Sunrise over the River Ganges

Sunrise over the River Ganges

Saya menengok ke kanan, terlihat orang-orang mencuci pakaian dan seprei. Melihat jumlahnya yang banyak dijemur merentang di atas ghat, mereka rupanya pekerja laundry. “Kemungkinan sprei hotel kamu tuh dicuci di sini,” kata pemandu sambil terkekeh.

Kapal berjalan lagi 15 menit, sampailah kami di Harischandra Ghat. “Mohon jangan memotret,” kata pemandu. Saya pun melihat jenazah yang sedang dikremasi di atas tumpukan kayu di atas ghat. Setelah itu, abunya dilarung ke sungai. “Di sini 50 orang per hari yang dikremasi,” tambahnya.

Kapal pun berbalik arah mengikuti arus sungai. Jadi jika aliran air mengikuti arus, secara otomatis urutannya adalah: air yang mengandung abu jenazah, dipakai nyuci baju, dipakai mandi, lalu air yang sama dipakai untuk gosok gigi! Ewww! “Tenang aja, airnya kan banyak, berarus, dan sungainya lebar kok,” terang pemandu.

Kami terus menyusuri sungai, dan pemandu bercerita tentang bangunan-bangunan kuno di sepanjang sungai. Karena kesucian sungai ini, banyak Raja Hindu dari berbagai daerah di India membangun istana sejak ratusan tahun yang lalu. Saat ini sebagian telah berubah fungsi menjadi hotel. Ada juga sekolah pendeta Hindu yang murid-muridnya setiap pagi melakukan yoga bersama. Selain itu, terdapat sejumlah candi pemujaan terhadap Dewa Siwa. Sinar matahari keemasan menerangi serentetan bangunan berwarna-warni tersebut memang tampak spektakuler!

Salah satu istana

Salah satu istana

Mendayung dari Harischandra Ghat sepanjang 6 km, sampai lah kami di Manikarnika Ghat. “Di sini 150 orang per hari dikremasi,” kata pemandu. Lalu… saya lihat ada 2 mayat tertutup kain diletakkan di pinggir sungai! Dua pasang kaki mereka yang berwarna pucat dicelupkan ke dalam sungai sebelum dikremasi. Aduh, saya langsung buang muka!

Kami turun di ghat selanjutnya, lalu meneruskan berjalan kaki di antara gang sempit. Sepanjang gang terdapat toko, warung makan, sapi berkeliaran, candi, dan tumpukan kayu. Untuk sekali kremasi dibutuhkan sekitar 70 kg kayu yang dapat membakar jenazah dalam 2,5 jam menjadi abu. “Kasihan orang yang miskin yang tidak sanggup membayar biaya kremasi. Keluarganya cuek aja membuang jenazahnya di sungai. Tapi ada juga orang yang tidak boleh dikremasi, seperti jenazah anak kecil atau ibu hamil. Caranya, mereka ditenggelamkan ke dasar sungai dengan menggunakan pemberat dari batu. Kadang talinya lepas sehingga mayatnya mengambang,” kata pemandu dengan tenang. WHAT? Untung dari tadi saya tidak lihat!

Intinya, secara kasatmata menurut saya Sungai Gangga sih bersih. Malah jauh lebih bersih daripada sungai/kali yang ada di Jakarta di mana sampahnya yang menumpuk, superbau, dan bikin banjir. Kalau secara tidak kasatmata, sungai di mana pun sih nggak janji ya!

Quiz

Udah follow Instagram saya @trinitytraveler? Banyak foto keren tentang trip saya ke India baru-baru ini lho! Nah, yang mau traveling GRATIS ke India, ikutan aja “My Incredible India Journey Contest”. Pasang foto selfie yang diambil di semua rangkaian acara Festival of India 2015 di Indonesia dengan menyertakan nama, umur, nama acara dan kota tempat foto diambil. Tag Twitter @IndianEmbJkt atau Facebook Fanpage Embassy of India in Jakarta dengan hashtag #SahabatIndiaContest, sebelum 22 Mei 2015. Info lengkap di sini.

India bersalju di Jammu & Kashmir

$
0
0

Jammu & Kashmir adalah state yang terletak di paling utara negara India. Karena dekat dengan pegunungan Himalaya, maka tak heran di sana cuacanya relatif lebih dingin dan pada musim winter pun turun salju. Jammu & Kashmir terbagi menjadi 3 region, yaitu Jammu, Kashmir, dan Ladakh. Karena segregasi antaragama, mayoritas penduduk Jammu adalah penganut Hindu, di Kashmir adalah Islam, dan di Ladakh adalah Buddha. Lucunya, ibu kota state tersebut terbagi dua; Srinagar adalah ibu kota saat summer, sedangkan Jammu adalah ibu kota saat winter. Bayangkan, para PNS yang kerja di situ pindah rumah setiap 6 bulan!

Dari dulu kita mendengar dari berita bahwa daerah tersebut bahaya dan sulit didatangi karena diduduki militer. Bahkan pada September 2014 terjadi banjir sehingga jalan putus. Masih ingat Udhi, teman sekelas saya di buku #TNT3? Dia berasal dari Kashmir yang pada saat kuliah terpaksa kabur ke Delhi karena rumahnya dibakar akibat konflik antaragama. Meskipun semua teman India saya bilang bahaya, namun gara-gara salah satu setting film Bollywood berjudul “3 Idiots” saya justru tambah pengen ke sana. Kesempatan itu pun datang pada Maret 2015.

Untuk gampangnya, kita dapat terbang langsung dari Delhi ke ibu kotanya, yaitu ke Jammu (ibu kota Jammu), Srinagar (ibu kota Kashmir), atau Leh (ibu kota Ladakh). Saya memilih mengunjungi kedua kota terakhir. Sebenarnya antarkota tersebut dapat dilalui jalan darat, namun karena bersalju jalan tertutup dan tidak disarankan. Bila Anda terbang ke sana, jangan lupa minta duduk di window seat sebelah kanan. Astagaa… pemandangan pegunungan Himalaya itu benar-benar spektakuler!

Mendarat di bandara Srinagar dan Leh, sebagai turis asing kita wajib mendaftarkan diri dengan mengisi formulir yang sangat detil seperti tinggal di hotel mana, pekerjaannya apa, ngapain ke sana. Saya cukup syok melihat banyak sekali tentara bersenjata di mana-mana, bahkan di sepanjang jalan tiap 25 meter! Belum lagi truk militer yang hilir mudik. Meski rasanya seperti sedang berada di daerah konflik, namun itu adalah hal yang biasa. Maklum Jammu & Kashmir ini berbatasan dengan Pakistan dan China, bahkan sebagian wilayahnya memang masih sengketa. Tapi saya sebagai turis sih justru merasa aman-aman aja.

Di Srinagar, saya tinggal di houseboat bernama Meena. “Rumah kapal” ini terletak di Dal Lake yang pemandangannya gila banget kerennya! Bayangkan, danau yang airnya bening bak kaca sehingga refleksi awannya bisa kelihatan pada permukaannya, lalu dikelilingi pegunungan Himalaya yang puncaknya bersalju dan bukit berpohon almond yang keunguan dan pinus yang hijau. Tak heran Kashmir dijuluki sebagai “mini Swiss”! Tiap sore kerjaan saya naik shikara (kapal tradisional yang didayung) keliling danau dan nongkrong di atas atap houseboat menunggu sunset.

Dal Lake, Srinagar

Dal Lake, Srinagar

Srinagar terkenal dengan taman-taman cantiknya yang ada sejak zaman Kekaisaran Mughal (abad 15-18). Jama Masjid-nya menurut saya adalah mesjid tercantik di India yang pernah saya lihat. Tempat teruniknya adalah mesjid Hazratbal yang dipercaya menyimpan rambut Nabi Muhammad SAW. Lebih anehnya lagi, di Rozabal ada kuburan yang dipercaya sebagai makam Yesus! Konon gosip ini disebarkan oleh tukang jualan di sana agar turis mau mampir sehingga dagangannya laku. Hahaha! Yang jelas sih, cowok Kashmiri yang mirip orang Persia itu ganteng banget! Tuh yang doyan cowok India putih dan ganteng, Muslim pula, silakan datang langsung! :)

Demi ketemu salju, saya naik mobil lebih dari sejam untuk mengunjungi Gulmarg. Selain merupakan pusat orang bermain ski, Gulmarg memiliki cable car nomor dua tertinggi di dunia. Karena terletak di pegunungan Himalaya maka ia mencapai ketinggian 3.979 meter di atas permukaan laut! Dari stasiun pertamanya saja saljunya sudah menggunung mencapai atap rumah. Gondolanya sendiri berkapasitas maksimum 6 orang, namun saya hanya duduk berdua guide. Tahap pertama ke Kongdoori Station (3.080 m), eh mati listrik sampai 3 kali! Gila, gimana nggak deg-degan? Tahap kedua ke stasiun di puncak gunung dan saya pun turun. Melihat dataran salju begini, langsung saya gogoleran di salju dan foto narsis!

Gulmarg Gondola

Gulmarg Gondola

Leh sendiri berada di ketinggian 3.524 mdpl. Begitu mendarat, saya pun disuruh tidur setengah hari untuk aklimitasi supaya nggak kena mountain sickness. Wih, kepala pusing dan perut mual! Sorenya baru saya jalan-jalan sambil termegeh-megeh keliling Leh. Kota kecil ini terletak di tanah berpasir kecoklatan mirip di gurun. Saya mengunjungi antara lain Leh Palace dan Shanti Stupa yang terletak di atas bukit. Pemandangan kota Leh yang dikelilingi pegununang bersalju keren banget! Saat winter, kota ini relatif sepi. Banyak penduduk yang memilih bekerja di tempat lain yang lebih hangat. Orang Ladakhi mukanya mirip orang Tibet. Mereka pun ramah dan menyenangkan.

Thiksey Gompa

Thiksey Gompa

Biara Buddha aliran Tibet tersebar di Ladakh, antara lain Sankar Gompa, Shey, dan Stok Gompa. Yang paling cantik di Thiksey karena berada di bukit ketinggian 3.600 mdpl dan bertingkat 12 sehingga terlihat sejajar dengan awan! Biara terbesar terdapat di Hemis yang terletak 45 km dari Leh. Perjalanan ke sana disuguhi pemandangan spektakuler. Pegunungan berlapis-lapis dengan gradasi warna coklat, kuning, biru, dan ditutup putihnya salju di puncaknya. Sungai berair turquoise. Ratusan stupa berwarna putih yang tersebar dan bendera doa warna-warni. Para biksu yang sebagian besar anak-anak sampai belasan tahun berjubah merah berjalan beriringan. Dan pemandangan surreal ini pun diiringi dengan turunnya salju… Ah, indahnya! Benar-benar Incredible India!


PS: Foto-foto lainnya bisa dilihat di Instagram @trinitytraveler

Viewing all 172 articles
Browse latest View live